Di mana Ratna, eh? Sudah dua hari kostnya sepi. Aku selalu menunggunya dari pagi sampai petang, dari petang sampai pagi lagi, tapi dia tak kunjung pulang. Kata ibu kost, Ratna memang tidak terlihat sejak dua hari yang lalu, dan dia tidak berpamitan atau bilang apa-apa. Sialan! Ke mana perempuan ayu itu?
Ini hari ketiga. Pagi-pagi sekali aku sudah duduk di depan kostnya. Para penghuni kost melihatku bergidik dengan pandangan jijik. Sesungguhnya mereka yang menjijikkan, eh. Apa mereka merasa lebih baik dari aku? Orang yang merasa lebih baik dari orang lain dan seolah-olah berhak bersikap sesuka hati adalah kelompok yang paling kubenci. Tentu saja aku tak peduli, eh. Yang sekarang kupikirkan hanya Ratna. Aku harus menyerahkan kalung milik Damini ini dan mengajaknya kawin, eh-eh-eh.
Matahari semakin tinggi, tapi tidak ada tanda-tanda Ratna akan pulang. Aku mulai gelisah tak alang kepalang. Pikiranku resah dan belingsatan. Bagaimana kalau ini berhubungan dengan hantu Lepet? Hantu kepala buntung itu selalu mengikuti Ratna, eh. Bagaimana kalau dia menculiknya seperti yang dilakukannya terhadap Lek Santo? Terlebih sudah beberapa hari terakhir si hantu buntung tidak menemuiku. Apa karena dia punya mainan baru--Ratna?
Asu! Aku buru-buru melangkah ke kulon kali. Di kebun sukun, aku berteriak memanggil-manggil hantu itu.
"Le-Lepet! Sini ka-kamu!"
Tak ada tanda-tanda kedatangan Lepet.
"Le-Lepet! Woy, Le-Lepet!"
Orang yang berlalu lalang memperhatikanku seperti melihat orang gila. Iya, benar, aku bisa gila kalau Ratna sampai hilang! Eh-eh-eh.
"Lepet!"
Kebun sukun tetap sunyi.
"Judi! Lagi ngopo koe?" Seorang pria--Lek Nur--meminggirkan motornya, mendekatiku.
"Nya-nyari Le-Lepet, Lek!" sergahku singkat.
Lek Nur mengernyit sambil geleng-geleng. Kenapa dia, eh? Dia pikir aku sinting?
"Han-hantu Lepet, Lek! Di-dia yang bikin ge-geger desa ini. Di-dia nyulik Lek San-Santo. Se-sekarang giliran Le-Lek Bis-Bisri sa-sama Lek-Lek Sakroni."
"Ngomong apa sih koe, Jud, Jud ..." sahut pria itu.
Apa kubilang. Bagaimana aku mau memperingatkan orang-orang kalau mereka tidak percaya. Mereka tidak percaya karena tidak bisa melihat hantu Lepet. Lek Bisri dan Lek Sakroni harus diberitahu kalau tidak mau celaka seperti Lek Santo dan Lek Rus.
"Ya-ya wis kalau sam-sampean nggak percaya, Le-Lek."
Lek Nur bergumam entah apa, lalu meninggalkanku sendiri. Orang-orang sombong, eh. Kalau mereka dengar peringatanku, mereka akan terhindar dari bahaya. Termasuk si Ratna itu. Sudah kubilang berkali-kali dia diikuti hantu Lepet, eh, tapi dia malah mengejekku. Apa mereka tidak sadar kalau aku ini seperti Nabi? Aku diilhami pengetahuan yang mereka semua tidak tahu. Eh-eh-eh.