Lepet

Ayu Fitri Septina
Chapter #22

Masjudi - Kuburan Lepet

Kuburan Lepet ramai. Dia pasti senang sekarang, eh, karena cita-citanya untuk diagungkan warga Karang Pakis kesampaian juga. Eh-eh-eh. Lepet, Lepet. Sejak hidup dia memang kepengin menjadi Tuhan, makanya bersikap seenaknya. Membacoki orang seperti membacok kelapa saja. Sampai mati pun rupanya dia tidak berubah. Susah payah jadi hantu untuk menemuiku biar aku bisa menyampaikan pesannya pada orang-orang. Lepet ingin diagungkan.

Jadi, setelah jasad Lek Bisri dikubur beberapa hari lalu--aku ikut semua prosesi pemakaman orang itu, eh. Aku akhirnya mengatakan pada warga tentang tujuan Lepet. Aku terus didesak hantu kepala buntung tersebut, jadi mau tidak mau aku harus menuruti perintahnya.

Amboi, ya, ya, memang bukan cuma ancaman yang Lepet lontarkan padaku. Kalau dengan ancaman, mungkin aku akan mengabaikannya. Dia menjanjikanku hadiah, eh. Kau bisa tebak apa itu? Benar, pintar kau. Ratna. Eh-eh-eh. Lepet si kepala buntung akan menghadiahkan Ratna untukku kalau aku bisa meyakinkan warga. Aku tidak tahu bagaimana caranya, itu urusan Lepet. Aku mau terima jadi saja. Jujur, penolakan Ratna kemarin waktu kulamar, membuatku marah. Ada apa dengan perempuan itu, eh? Bukannya dia cinta sama aku? Sikapnya yang kemarin-kemarin sudah sangat jelas, eh. Perempuan, memang hatinya kadang-kadang cepat berubah.

Mungkin Lepet akan mengeluarkan jampi-jampi agar Ratna lengket terus denganku, eh-eh-eh. Hantu bisa melakukan apa pun, eh? Aku percaya, itu hal yang mudah bagi Lepet si kepala buntung. Jadi, aku mengiyakan penawarannya. Ini baru namanya kerjasama. Sama-sama menguntungkan. Seperti kerbau dan jalak, eh.

Pemakaman Lek Bisri berlangsung lancar dan ramai sekali. Orang-orang bukan berempati atau ingin mendoakan Lek Bisri, tapi lebih karena ingin melihat bagaimana rupa lelaki itu setelah terlindas kereta. Sudah pasti tak berbentuk, eh. Kudengar-dengar, satu tangannya belum ditemukan sampai sekarang.

Sayang sekali, petugas ikut menyertai pemakaman dan tidak membiarkan peti mati Lek Bisri dibuka. Warga yang kepengin sekali melihatnya, merekam, terus dijadikan bahan obrolan, terlihat sangat kecewa. Eh-eh-eh. Benar-benar orang-orang biadab, eh. Bahkan orang mati saja mau dijadikan bahan video dan perbincangan.

Setelah semua bubar dari makam dan berkumpul lagi di rumah Lek Bisri, aku menyampaikan sesuatu pada Pak RT. Aku ingin bicara. Pak RT menatapku heran, mungkin berpikir kalau aku gila, tapi akhirnya dia memberiku waktu. Aku tak tahu bagaimana caranya bicara di depan banyak orang, eh, tapi ini kesempatanku satu-satunya jika aku ingin mendapatkan Ratna. Jadi, aku tak boleh menyia-nyiakannya.

"As-assalamu-mualaikum, ba-bapak-bapak dan i-ibu-ibu se-semua." Aku mengawali ceramahku.

Ini pertama kalinya bagiku, eh, tapi orang-orang yang berkumpul langsung mengalihkan perhatiannya padaku. Aku jadi deg-degan, eh. Jadi begini rasanya jadi ustaz-ustaz yang biasa ceramah di mimbar itu? Menyenangkan karena semua orang memperhatikan. Eh-eh-eh.

"Ono opo, Jud?" Salah seorang pria paruh baya bertanya.

Aku mengangguk dan menyunggingkan senyum padanya, lalu melanjutkan ceramahku.

"Ya-yang ter-terjadi sama Le-Lek Bisri sa-sama se-seperti Waryo-yono. I-ini semua u-ulah han-hantu--"

"Biso-biso rampunge ngesok ngrungokke Masjudi ngomong!" Pria tadi menyela pembicaraanku dan tertawa mengejek. Sebagian orang yang ada di rumah Lek Bisri jadi ikut tertawa. Tidak sopan betul, eh!

Pak RT mengangkat tangannya untuk menenangkan kegaduhan. Ini rumah duka, eh, kenapa orang-orang malah tertawa-tawa? Aku yang tidak sekolah tinggi saja ngerti bagaimana harus bersikap dan menempatkan diri.

"Silakan, Masjudi." Pak RT kembali menyuruhku bicara.

Pak RT yang sekarang ini memang cukup baik, kuakui. Biasanya tidak ada orang, apalagi pejabat--RT termasuk pejabat, eh? Pejabat desa--yang mau menggubrisku. Aku dianggap gila dan terbelakang, apalagi setelah menikah dengan Damini. Entah ada apa dengan orang-orang itu.

"Han-hantu Lepet yang do-dorong Waryo-yono dari lantai ti-tiga puluh du-dua. Di-dia juga men-mendorong Lek Bis-Bisri ke re-rel kereta."

Lihat selengkapnya