Lepet

Ayu Fitri Septina
Chapter #23

Ratna - Misi Rahasia

Aku merasa gila. Apa ini yang dirasakan Ibu sebelum dia benar-benar tidak ingat apa-apa? Berhalusinasi, melihat hal-hal mengerikan yang tidak bisa dicerna nalar. Atau ada apa denganku sebetulnya? Tidak pernah ada hantu yang tertarik menampakkan diri mereka di hadapanku sebelum ini, tapi kejadian beberapa malam lalu membuatku sangat syok. Berkali-kali aku meyakinkan diri bahwa itu semua cuma mimpi, tapi hatiku toh tidak bisa bohong. Hantu berkepala buntung tersebut terlalu nyata untuk disebut mimpi belaka.

Aku menjerit pada akhirnya--malam itu. Tetangga kamar kostku berlarian menghampiri dan hantu Lepet dengan kurang ajarnya pergi begitu saja. Lenyap tanpa jejak. Orang-orang menatapku kebingungan, sementara aku malu sekali. Tidak mungkin kan, aku bilang pada mereka kalau aku baru saja melihat hantu? Bukan takut mereka menganggapku gila, tapi karena aku tidak mau membuat keadaan kost yang damai jadi berantakan. Aku tak mau menanggung kerugian apabila banyak penghuni kost yang keluar karena perkataanku. Bisa-bisa malah aku yang diusir ibu kost.

Malam ini, setelah aku selesai mengajar, aku bertekad untuk menemui Masjudi. Ya, Masjudi. Pasti kedengarannya aku sama gila dengannya, tapi aku tak tahu harus bicara pada siapa lagi. Masjudi kan, yang selalu menceracau tentang hantu Lepet? Lagi pula, aku juga punya misi khusus. Berkaitan dengan perintah atasanku, setelah kupikir matang, tak ada salahnya melibatkan Masjudi. Yah, lihat saja nanti. Kalau Masjudi cukup kooperatif, aku mungkin bisa berhubungan dengannya. Namun, jika sikapnya masih menakutkan dan absurd seperti kemarin-kemarin, aku terpaksa harus memakai cara lain.

Keadaan Karang Pakis tak banyak berubah walaupun kemarin-kemarin geger oleh kematian Lek Bisri yang tertabrak kereta. Beberapa hari berselang, warga kembali melakukan aktivitas seperti biasa, seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Miris juga melihat bagaimana seseorang dengan mudahnya dilupakan. Padahal, sebelumnya, Lek Bisri juga bagian dari mereka, kan? Kematian jadi terkesan semakin menyedihkan bagiku, yang mau tak mau membawa pikiranku pada Rani.

Apakah semua yang mengenalnya juga telah melupakannya? Meski pelaku yang melakukan hal keji itu pada Rani belum ditemukan sampai sekarang? Harusnya adikku tak akan semudah itu dilupakan, tapi nyatanya, bumi tetap berputar seperti biasa. Orang-orang yang dulu pernah menjalani satu fase hidup bersamanya mungkin akan menjawab, "Rani? Rani yang mana?" saat ditanya. Aku mengembuskan napas berat. Aku tak ingin berakhir seperti itu. Apa yang harus dilakukan agar kita tetap dikenang baik meski telah raib dari dunia ini?

Motorku berhenti di depan warung Yu Mar. Aku sengaja langsung ke sini untuk sekalian beli makan malam. Lagi pula aku hanya perlu mengobrol dengan Masjudi sebentar. Kalau harus ke kost dulu, aku pasti mager dan lebih memilih tiduran daripada mendatangi pria misterius ini.

Warung Yu Mar ramai di jam-jam makan malam jelang isya begini. Ibu-ibu mengantre sambil sibuk berceloteh. Bangku kayu panjang yang ada di dalam warung penuh, sehingga yang lainnya berdiri. Warung cukup sesak. Yu Mar terlihat kewalahan. Perempuan yang biasa berkelakar itu bahkan sampai serius sekali melayani pembeli. Di mana Masjudi? Kenapa dia tidak membantu ibunya?

Aku sengaja mengantre di teras warung. Tidak mengapa aku dilayani paling akhir karena aku memang menunggu suasana sepi. Menemui Masjudi sementara warung ramai oleh ibu-ibu seperti ini sama dengan cari mati, kan. Gosip tentangku dan dia yang sudah meredup pasti akan santer lagi. Sambil berselancar di Instagram, telingaku mau tak mau menangkap apa yang sedang ibu-ibu ini bicarakan.

"Iya, Lek Sakroni ngasih sajen ke kuburannya Lepet. Masjudi yang ngasih usul. Iya kan, Yu?" Seorang perempuan bertubuh subur bicara pada ibu-ibu lain dan Yu Mar. Yu Mar tidak menanggapi. Dia terlihat jengah.

"Emang benar Masjudi bisa lihat dan ngomong sama hantu Lepet, Yu?" Perempuan lain ikut bertanya.

"Aku ora ngerti!" Yu Mar hanya menjawab seperlunya, tapi aku tahu dia mulai kesal. Nada suaranya ketus.

"Tapi kayaknya benar lho, soalnya ya, Lek Sakroni masih baik-baik saja, kan? Terus anaknya si siapa itu, yang sakit jantung, juga nggak kumat-kumatan."

"Apa iya? Setelah ngasih sajen ke kuburannya Lepet?" timpal yang lain.

"Jangan-jangan kuburannya memang sakti. Lha Lepet kan dulu orang sakti. Jadi kayak wali. Orang kulon kali juga ada beberapa yang rutin ziarah ke makam Lepet. Doa minta-minta."

Aku mengernyit mendengar obrolan yang tak kupahami itu. Apa maksudnya? Orang-orang berdoa di kuburan Lepet? Minta sesuatu? Untuk apa?

Lihat selengkapnya