Lepet

Ayu Fitri Septina
Chapter #27

Ratna - Yang Sebenarnya

Rencana pendirian pabrik di Karang Pakis sudah sejak empat tahun lalu. Informasi ini benar. Semula, pabrik semen itu akan berdiri di bawah naungan BUMN. Akan tetapi, karena warga menolak mentah-mentah dan tak mau mengosongkan mereka, pemerintahan melepasnya. Mereka tidak mau terjadi bentrok dengan warga seperti yang pernah terjadi di kawasan pegunungan yang beritanya tak reda-reda.

Lama tak terdengar kabar apa-apa tentang rencana pendirian pabrik ini, tapi tiba-tiba saja salah satu investor yang merupakan pengusaha ternama dan tadi datang di pertemuan, mengumumkan hal itu. Majalah bisnis ibu kota menuliskan beritanya, bahwa dia termasuk satu dari lima pengusaha yang sama-sama menanamkan modal. Mereka belum jelas akan mendirikan pabrik atau usaha apa di kawasan Karang Asri, tapi tetap saja, pengosongan lahan harus dilakukan.

Warga masih menolak--sebagiannya, sebagian lagi ada yang menerima--meski katanya mereka menawarkan harga dua kali lipat lebih tinggi dibanding pemerintah. Tarik ulur tanah Karang Asri, termasuk Karang Pakis di dalamnya, bagai masalah yang menemui titik buntu. Itulah mungkin yang menjadi pemicu ide dikirimkannya preman-preman untuk mengusik kedamaian warga.

Michel, gembong narkoba yang membuat hidupku berantakan punya banyak musuh. Detektif-detektif dari kepolisian sudah tak terhitung menyelidikinya. Semua aset milik Michel yang berkaitan dengan bisnis haram, narkoba, cuci uang, sudah banyak diamankan. Namun, semua itu hanya seperti pepatah mati satu tumbuh seribu. Michel mencuci uangnya di mana-mana, tapi orangnya tidak pernah ditemukan. Setiap kali polisi mendengar tentangnya dan dijemput bola, dia sudah menghilang.

Michel sangat licin. Orang-orang bilang dia punya ajian entah apa yang membuatnya bisa bersembunyi tanpa terlihat. Kamu boleh saja menertawakannya, tapi seperti kubilang, hal-hal klenik masih sangat lekat dengan warga negara kita. Kamu akan terkejut kalau tahu rajah-rajah apa yang dimiliki para pejabat agar mereka aman dalam jabatannya. Aku sangat memahami jika dukun yang konon sakti di Karang Pakis ini sangat laris dan biasa dikunjungi calon-calon anggota dewan. Kenyataannya memang begitu. Banyak manusia yang mulutnya bilang menyembah Tuhan, tapi hatinya sebenarnya menyembah setan.

Terakhir kali, informasi tentang Michel menyatakan dia ada di pulau pribadinya di sekitaran Bali. Namun, saat polisi menggerebeknya, seperti biasa, dia sudah hilang. Berkat kejelian para detektif, mereka mengendus bahwa Michel merupakan investor terbesar dalam rencana pembangunan pabrik di wilayah Karang Asri, meski tentu saja, dia beraksi bukan atas namanya.

Saat itulah aku mengajukan diri untuk menyelidiki, ya, kira-kira setahun lalu. Atasanku menyetujuinya. Menjadi intel yang menyamar dan membaur bersama warga untuk mendapat sebanyak mungkin informasi tentang Michel bukan hal buruk. Semua orang di kantor tahu aku punya dendam pribadi pada setan terkutuk satu itu, dan katanya kekuatan dendam lebih dahsyat dari kekuatan apa pun. Hancurnya keluargaku cukup jadi motivasiku untuk menghabisi Michel.

Dan juga, kalau dipikir-pikir, inilah tujuanku mau susah-susah jadi polisi. Aku ingin mengembalikan nama baik Ayah. Yah, meski tidak bisa kembali, paling tidak, aku ingin membuktikan pada diri sendiri juga semua orang yang selalu meragukan kami, bahwa masih ada polisi yang sudi menegakkan kebenaran. Karena itulah aku begitu benci dengan ketidakadilan.

Teman-teman termasuk atasanku mengolok-olokku saat tahu aku putri Ayah. Mereka bilang aku ingin menceboki ayahku, masalah yang dibuatnya. Mereka pikir bisa menghancurkan mentalku lebih dalam lagi. Tapi, apalagi yang mau dihancurkan memangnya? Sudah tidak ada yang tersisa dari diriku. Aku mati rasa. Olokan mereka tak ada artinya apa-apa. Aku tetap menjadi diriku yang bertekad memberantas segala ketidakadilan. Mereka meremehkanku, tentu saja. Berkata paling-paling nanti, akhirnya, aku akan jadi sama seperti Ayah. Di awal saja sok suci, bla bla bla. Aku tidak peduli. Aku tetap berjalan angkuh.

Di tahun-tahun pertamaku, aku terobsesi mencari pelaku pembunuhan Rani, tapi dia entah ada di belahan bumi mana sekarang, sama licinnya seperti Michel. Kuharap dia jangan dulu mati. Aku ingin membunuhnya dengan tanganku sendiri.

Michel sudah ditahan, sidangnya akan digelar bulan depan. Secara resmi, tugasku sebetulnya sudah selesai, tapi aku meminta waktu tambahan di Karang Pakis. Kemungkinan besar tanah di Karang Pakis tidak akan punya sengketa apa-apa lagi setelah ini. Izin pembangunan akan segera dicabut. Kalau masih punya malu, empat investor lain tentu akan mencari lahan selain Karang Pakis. Bisa dibilang pekerjaanku berjalan lancar. Tak kutampik, ini semua juga berkat bantuan Masjudi.

Namun, terlepas dari itu semua, aku tetap ingin menyelidikinya. Pria itu, jika benar memasung istrinya, sudah punya alasan untuk diusut. Namun, aku mencurigai beberapa hal lain. Kalung yang ditunjukkannya padaku. Kasus kematian Waryono. Juga hilangnya orang-orang di sini dan hantu Lepet yang selalu dia ceritakan. Semua itu memantik kecurigaanku.

Lihat selengkapnya