Lepet

Ayu Fitri Septina
Chapter #28

Masjudi - Tidak Suka Dibohongi

Sabetan rotan yang dilayangkan Pa'e, dulu, juga kata-kata penghakiman yang selalu keluar dari mulutnya, adalah rasa sakit paling sakit bagiku, eh. Sampai sekarang aku tidak menyangka akan ada yang membuatku lebih sakit lagi, sebelum apa yang Ratna lakukan pagi tadi. Ingat betapa dia seperti lonte yang mengemis-ngemis cintaku beberapa waktu lalu, eh. Kemudian lihat dia sekarang. Benar-benar perempuan jalang!

Aku kaget sekali dengan kejadian di balai desa tempo hari. Aku mencari-carinya sejak sebelum acara itu dimulai, karena dia berjanji akan duduk berdampingan denganku. Seperti di pelaminan, eh. Eh-eh-eh. Namun, dia tidak datang. Bahkan sampai para petinggi pabrik yang dimintanya datang dengan mengakaliku itu tiba, dia tetap tidak kelihatan.

Ya. Mengakaliku. Eh-eh-eh. Bodoh benar aku, eh. Perempuan memang sering kali bikin laki-laki jadi bodoh. Aku sama sekali tak menyangka ini semua hanya rencana Ratna dan teman-teman polisinya yang sok gagah itu. Bisa apa mereka, eh? Kalau cuma pegang pistol dan nembaki orang saja aku juga bisa. Untung aku tidak dikeroyok warga Karang Pakis karena sudah mengibuli mereka dengan mengatasnamakan hantu Lepet.

Ke mana hantu itu, eh, omong-omong? Kenapa dia juga tidak menampakkan diri lagi setelah kuburannya ramai dipuja-puji warga? Dia juga berjanji padaku, eh, akan menghadiahkan Ratna untukku. Mana, eh, mana! Dasar hantu buntung sialan! Kalau saja dia belum mati, akan aku bunuh juga dia. Eh-eh-eh. Apa orang bisa mati dua kali, eh? Apa mungkin dia memang sudah mati lagi gara-gara digerogoti ngengat-ngengat yang berkelebatan di atas leher buntungnya itu? Eh-eh-eh.

Tapi pertama-tama, aku harus menunjukkan pada Ratna si lonte kalau aku tidak suka dibohongi. Dia pikir dia bisa melawanku, eh? Tidak bisa! Tidak akan kubiarkan! Akan kuberitahu padanya jika Masjudi sudah menginginkan sesuatu, harus dapat. Akan kutunjukkan bahwa Masjudi tak suka dilawan, apalagi dibohongi. Biar dia tahu siapa yang berkuasa di sini. Aku Nabi, eh, Nabi Masjudi. Warga Karang Pakis menuruti semua perkataanku. Tinggal tunggu hitungan waktu mereka akan menyembahku. Akan kukhianati Lepet karena dia mengkhianatiku. Akan kubuat warga membelot padanya dan lebih memilihku untuk dijadikan wali penyelamat. Aku membantu mereka terbebas dari preman dan sengketa tanah ini, eh. Mereka tidak boleh lupa.

"Mau ke mana malam-malam begini, Mas?" Daminiku memperhatikan rupanya.

Aku menyeringai lebar pada istri pertamaku yang ayu tak alang kepalang itu. "Ma-Mas mau ba-bawa Ratna. Bi-biar bisa ja-jadi teman ka-kamu."

Damini cuma diam. Wajahnya datar sekali. Kenapa dia begitu, eh? Dia tidak suka mau dicarikan teman? Beberapa waktu lalu dia mengeluh kesepian dan ingin keluar. Nanti kukeluarkan dia kalau aku sudah jadi wali Karang Pakis betulan. Aku akan minta dibikinkan istana yang bagus. Singgasananya tiga, untukku, Damini, dan Ratna. Eh-eh-eh.

"Mas bawa apa itu?" tanya Damini lagi.

Lihat selengkapnya