Akan kuceritakan pada kau sesuatu. Tapi aku harap ini cuma jadi rahasia kita, eh. Aku enggan mengatakannya pada polisi-polisi keparat itu meski mereka menggebukiku sampai tubuhku tak berbentuk lagi. Aku sekarang pura-pura bisu, eh-eh-eh. Aku bukan Masjudi si gagap lagi. Aku Masjudi si bisu. Aku punya topeng baru. Kau ingat, eh, aku pernah bilang apa yang paling mudah dilakukan di dunia ini hanyalah memakai topeng. Topengku yang kemarin harus kuganti sekarang. Masjudi sang wali Karang Pakis kini jadi Masjudi si bodoh yang bisu dan dianiaya polisi, eh-eh-eh. Melihat wajah penyelidik-penyelidik itu frustrasi sungguh menyenangkan sekali.
Malam ketika Waryono jatuh dari lantai 32 memang malam istimewa. Sorenya kami baru gajian, eh. Namun, Waryono tidak menemui kami dengan riang setelah menelepon istrinya, apalagi mentraktir roti terang bulan. Pria itu justru bersungut-sungut dan melabrakku seolah aku tidur sama istrinya saja, eh.
"Balikin duitku, Jud!" ucapnya sambil mendorong-dorong dadaku ke dinding.
Waktu itu aku cuma menjawab kalau gajianku sudah habis kukirimkan pada Ma'e. Padahal tidak juga, eh. Tapi aku sudah ada janji dengan lonte yang kupesan lewat hape, eh-eh-eh.
"Istriku mau lahiran. Aku butuh duit tambahan!" Ludah Waryono menyembur, wajahnya garang sekali. Baru kali ini aku melihat Waryono sangat marah.
Tapi aku tidak menggubrisnya, eh. Aku tinggal pergi saja dia. Dia mengatai-ngataiku babi, celeng, asu, saat aku melangkah dari mess. Peduli setan, eh, yang penting habis ini aku mau senang-senang.
Malamnya saat aku kembali ke mess setelah puas menyalurkan birahiku, Waryono menungguku di depan mess. Dia menyesap puntung rokoknya yang sudah pendek sekali, sambil sesekali menyesap kopi hitam. Dia langsung mencegatku begitu aku sampai.
"Balikno duitku!"
Aku mengangguk, berusaha menjawabnya dengan suara rendah. Aku mengajaknya membicarakan ini di lantai atas, sambil ngopi-ngopi lagi. Aku beranjak naik undakan demi undakan, di antara pancang-pancang besi yang mencuat di sana-sini. Kubawa Waryono ke lantai 32. Dia menurutiku, anehnya, padahal baru beberapa minggu Edi jatuh dari atas. Eh-eh-eh.