“According to the legend, whoever steps into Bächle will marry a person from Freiburg.”
Kota Freiburg, salah satu gerbang menuju keanggunan Schwarzwald (bahasa Indonesia: Hutan Hitam, bahasa Inggris: Black Forest) bersama “legenda”nya. Takhayul yang menggelitik. Aku tahu, bukan pemandangan aneh jika ada seseorang terjatuh tanpa sengaja di Bächle. Karena letak Bächle tak dibatasi apa-apa. Pada masa lampau, Bächle digunakan penduduk kota Freiburg sebagai pasokan air untuk kebutuhan rumah tangga, peternakan, dan perindustrian. Menjadikan Bächle sebagai tempat pembuangan sampah atau kotoran merupakan perbuatan terlarang oleh pemerintah setempat, kau akan dikenai sangsi denda sejumlah uang. Peraturan ini berlaku sampai sakarang. Jadi, seandainya kau berkunjung ke Freiburg jangan pernah membuang sampah di Bächle kalau tak ingin kena denda. Kebersihan sebagian dari iman. Bukan begitu?
Selain mitos Bächle, Freiburg merupakan kota tua peninggalan abad pertengahan. Freiburg terletak di perbatasan Swiss dan Prancis. Banyaknya universitas di Freiburg juga membuat Freiburg mendapat julukan kota pelajar. Keunggulan lain, Freiburg setiap tahun disinari matahari selama 2000 jam dan menjadi kota paling hangat di Jerman.
Percayakah kalian dengan mitos dan legenda? Bagiku mitos dan legenda adalah pewarna hidup. Tanpa mitos, kau mungkin tak akan pernah mengerti betapa kompleks kehidupan masa lalu jauh sebelum kau lahir. Contoh mitosnya adalah keberadaan “bangsaku”. Apakah kalian percaya? Mungkin sebagian ada yang percaya adanya aku, sebagian menganggap aku makhluk fiksi karangan manusia. Seiring waktu dirimu tumbuh, kau mulai menyadari mitos yang sering diceritakan orang tuamu terkadang ada benarnya, dapat memengaruhi hidupmu secara tak langsung. Mitos kau anggap tak ada bukti berubah menjadi teror pembuat tak nyenyak tidur.