Hari berganti hari. Lovina masih menunggu saat yang tepat untuk mengatakan semua itu kepada Ivan. Telefon dan pesan darinya hanya ditanggapinya dengan singkat. Tanpa bahasan tentang pernyatan Ivan kepadanya. Lovina hanya ingin bersikap lebih dewasa lagi dengan tidak mengulangi kesalahan yang dulu. Tanpa menjauhi Ivan, seperti dulu ia menjauhi Fandika. Lovina pun tak ingin mengundang perhatian Kira dan Vita perihal adanya jarak antara mereka berdua.
Namun, walaupun Lovina masih berbalas pesan, baginya terasa berbeda. Rasanya seperti sedang berbalas pesan dengan orang asing. Di sisi lain Ivan pun merasakan yang sama, tapi tak banyak yang bisa dilakukannya. Selama Lovina masih mau membalas pesannya atau menjawab panggilan masuknya, bagi Ivan itu sudah cukup. Ivan yakin, cepat atau lambat Lovina akan memberikan jawaban. Ivan hanya perlu untuk menunggu dan meyakinkan Lovina kalau dirinya tulus dengan apa yang dirasakannya, tanpa tapi.
Perayaaan pergantian tahun hanya dalam hitungan jam. Namun, apa yang sudah Ivan siapkan tidak begitu berjalan dengan mulus ketika beberapa menit yang lalu balasan pesan yang didapatkannyanya kurang menyenangkan.
Ivan Andira
Nanti malam sudah ada acara?
Lovina tak langsung membalas pesan yang dikirimkan oleh Ivan. Ia merasa perlu waktu satu hari lagi untuk bisa memantapkan jawabannya. Ia tahu pesan singkat yang dikirimkan Ivan itu adalah sebuah bentuk ajakan untuk merayakan malam pergantian tahun.
Lovina Aleysa
Iya. Bareng Kira dan Vita.
Lovina mejawab asal. Lovina beanggapan bahwa malam tahun baru sekarang sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dilewatinya bersama Vita dan Kira.
Ivan Andira
Oh. Ok. Have fun ya, Vin.
Lovina Aleysa
Thanks, Van. You too!
Rencana Ivan untuk mengajak Lovina ke tempat yang sudah dipersiapkannya ternyata sudah gagal. Namun, Ivan sudah mempersiapkan sesuatu yang berbeda. Karena dia tahu kegagalan rencananya itu karena dirinya juga.
“Van, nanti malam jadi kan ke tempat yang baru itu?” Ino bertanya ketika dirinya sudah akan meninggalkan kelas ketika jam perkulihan sudah selesai.
“Jadi dong,” jawab Ivan dengan suara yang tidak terlalu bersemangat karena dia gagal mengajak Lovina. Rencananya menghadirkan Lovina di tengah sahabat-sahabatnya sebagai seorang yang special tidak berhasil.
Stella yang mendengar suara Ivan dengan tak semangat merasa ada yang aneh dengannya. Padahal Stella tahu begitu antusiasnya Ivan ketika berdiskusi soal kafe baru yang pernah diberitahukannya waktu itu. Tanpa Stella tahu, antusias Ivan itu ternyata bukan untuknya.
Namun, Vita yang mendengar rencana mereka, tahu kalau nanti malam Lovina bakal ada ditengah-tengah mereka. Salah satu alasan kenapa dia tidak pulang ke rumah, karena dirinya diminta Kira untuk menemaninya saat nanti Lovina pergi. Tapi, Vita tidak tahu kalau ternyata Lovina tidak akan hadir.
“Kalau kamu belum ada acara, aku harap kamu bisa ikut denganku merayakan pergantian tahun bersama mereka.” Angga yang tiba-tiba berada di dekat Vita duduk dan menyampaikan maksudnya.
“Eh! Ehmm, sorry aku sudah ada janji buat ngerayainnya di kosan,” jawab Vita menolak ajakan dari Angga. Ketika tahun lalu dirinya bisa melewati bersama Angga yang masih berstatus sebagai pacarnya. Namun, tahun ini, nanti malam dia hanya akan melewatinya bersama Kira di kosan.
Mendengar jawaban yang keluar dari mulut Vita, Ivan teringat balasan dari Lovina. Ivan berpikir kalau memang Lovina saat ini lebih nyaman bersama teman-temannya. Tanpa Ivan bertanya kepada Kira. Tanpa Kira tahu kalau Lovina memutuskan untuk tidak pergi bersama Ivan, seperti yang diketahuinya dari awal , rencana Ivan.
***
Lovina berterima kasih dengan jadwal kuliahnya yang memang berbeda dengan jadwal kuliah Ivan. Hanya ada satu hari yang sama. Namun, hari itupun Lovina tidak datang ke kampus.
Setelah mengirimkan balasan pesan kepada Ivan. Lovina tahu apa yang akan dilakukannya. Ia akan menceritakan apa yang terjadi dengannya dan Ivan, kepada Kira dan Vita nanti malam ketika malam pergantian tahun. Dan akan menemui Ivan untuk membicarakan semuanya besok siangnya.
Pernyataan Ivan beberapa hari yang lalu berhasil membuat rasa itu tetap ada dan semakin tumbuh. Lovina gagal untuk menghapusnya dan tapi ia harus memutuskannya. Menerima atau menolaknya.
Hari terakhir di tahun 2015 begitu berat untuk Lovina, ketika di tempat kerja dia harus menangani anak-anak sendirian, lalu mengurus dan membersihkan kelas juga sendirian. Karena setiap hari kamis Alfiona tidak bisa masuk. Apalagi dalam hitungan hari lagi rekan kerjanya itu akan melangsungkan pernikahan. Dan mulai hari ini Alfiona sudah memutuskan untuk berhenti bekerja, karena Alfiona ingin lebih fokus lagi dengan tugas akhirnya. Menyelesaikannya lebih cepat, agar dirinya bisa ikut tinggal dengan suaminya yang ada di Jakarta. Ikut dengan Fandika yang sudah hampir empat tahun ini tinggal dan bekerja di Jakarta.
Bersamaan dengan hari libur tahun baru, mengharuskan Lovina dalam sehari sampai duahari kedepan menangani sendiri kelasnya. Harus menunggu sampai mendapatkan guru pendamping buatnya.
Merasa lelah setelah seharian bekerja sendirian membuatnya hanya bisa menunggu di kosan ketika Kira dan Vita memberitahunya bahwa kedua teman kosan nya itu akan pergi ke luar setelah perkulihan selesai.
Lovina hanya ingin istirahat sebentar sebelum nanti malam dia menceritakan semuanya kepada Kira dan Vita. Lovina merasa butuh energi lebih untuk itu, karena akan melibatkan emosi dan perasaanya, bukan hanya mulutnya.
***
Tempat yang Ivan dan teman-temanya datangi, termasuk Stella juga adalah sebuah café yang cukup besar. Dengan nuansa klasik nan vintage membuat keadaanya jadi lebih nyaman. Ada dua bagian indoor dan out door. Sesuai dengan rencana yang sudah disiapkannya, maka mereka sekarang ada di bagian dalam, bersama dengan adanya pojok untuk live musicnya. Ivan sudah mendaftarkan dirinya untuk menyanyi.
“Ay, nanti bisa bantu gue nggak?” Ucap Ivan kepada Stella yang kini ada di sebelahnya.
“Bantu apaan?”
“Nanti, pas gue perform videoin ya.”
“Oh. Gitu doang sih bisa, kirain bantuin apaan gitu. Kaya gitu mah kecil. Kirain bantuin ikutan nyanyi.”
“Huuh, ituh sih maunya lo aja, Stell?” Celetuk Angga yang paham maksudn Stella. Angga yang malam tahun baru ini tanpa Vita.
“Ya, nggak apa-apa. Kan suara gue emang keren,” ucap Stella membela diri.