My Weird Neighbor

andra fedya
Chapter #8

8. Dominan

Pada suatu sore ketika Abriel sedang asyik membaca komik di teras rumahnya, ia mendapati gadis itu baru saja keluar dari rumahnya, mengenakan kacamata hitam besar favoritnya. Kacamata yang membuatnya mirip serangga aneh yang hanya hidup di hutan-hutan gelap pelosok benua Australia.

 Sore ini ia tidak tampak akan pergi. Lagian, siapa yang mau pergi dengan setelan ala penari balet, lengkap dengan tutu lebar, stoking, dan rambut dikonde, seperti itu?

 Mungkin ia hanya akan menari di halaman rumahnya. Apakah ia akan menari seperti hari itu? Abriel bertanya-tanya dalam hati. Menilik matahari yang bersinar terik, rasanya itu mungkin.

 Abriel mengait-ngaitkan mood gadis itu dengan cuaca sore hari. Jika sore hari matahari bersinar cerah, gadis itu akan melakukan hal-hal yang menarik. Setiap hari selalu saja ada kejutan yang dilakukannya. Abriel tidak bisa menebak jalan pikiran gadis itu.

 Abriel mulai meragukan prediksinya saat melihat gadis itu menjatuhkan tas besarnya ke trotoar dan mulai mengecek jam tangannya kemudian memeloti layar ponselnya.

 Awalnya, Abriel tertarik untuk menghampirinya—jelas itulah tujuan utama Abriel jadi satpam rumahnya setiap sore—ia ingin bertanya apakah malam nanti gadis itu tergoda untuk makan nasi goreng Mas Tamim bersamanya. Tapi, sebelum Abriel menjalankan niatnya, sebuah taksi menepi dan membawa gadis itu. Selalu hilang kesempatan pada detik terakhir, desah Abriel, tampaknya gadis itu keluar setelah ia yakin penjemputnya tiba sebentar lagi.

 Tepat sebelum Abriel masuk ke dalam rumah, asisten rumah tangga tetangga depannya menghampirinya.

 “Punten, Aa, saya teh yang kerja di rumah depan. Saya disuruh sama si Neng buat ngasiin ini sama Aa.” Wanita bertubuh gempal dengan tahi lalat sebesar kismis di dagu itu pun menyodorkan secarik kertas binder yang terlipat pada Abriel.

 Dengan perasaan campur-aduk Abriel menerima secarik kertas itu. “Neng yang Teteh maksud itu ....”

 “Bi Iceu, panggilnya gitu aja. Jangan Teteh ah, saya udah ketuaan dipanggil Teteh. Neng Isabel—Abel yang nyuruh Bibi kasihin ini ke Aa,” ujar wanita itu sambil memandangi wajah Abriel dengan seulas senyum centil.

 Seperti pijar lampu, sesuatu menyala di kepala Abriel: jadi nama gadis itu Isabel atau ... Abel! Mirip seperti namanya. Abriel dan Abel. Kombinasi yang bagus dan tak disangka-sangka.

 

***

Sebelum melihat anak lelaki itu dari jarak dekat, Iceu juga pernah berpendapat kalau anak pemilik rumah depan itu kucel dan jarang mandi, karena bajunya yang sering terlihat asal-asalan. Tapi setelah dilihat dari dekat, pendapat Iceu kontan berubah. Anak muda itu begitu tampan. Matanya serta alisnya tajam dan indah, kulitnya bersih dan dagunya yang lancip mengingatkan Iceu pada artis sinetron yang pernah dilihatnya di teve. Seharusnya, suaminya di kampung semanis anak laki-laki ini ketika tersenyum, ia berandai-andai.

 Anak laki-laki itu terlihat semringah sekali ketika menerima suratnya. Ngagemesin pisan!

 Setelah Iceu menyelesaikan tugasnya sebagai kurir surat, wanita itu pun bergegas kembali dan segera mengetikan SMS di ponselnya:

 Beres, Neng. Udah Bibi kasiin.

 Dan tak lama ponsel Iceu berbunyi, ada yang membalas pesan tersebut:

 Tengkiu, Bi. Nanti saya bawain donat satu lusin biar Bibi makin seksoy!

 

***

Isabel menangkupkan ponselnya di pahanya yang berbalut stoking tebal berwarna putih. Sopir taksi yang menyopirinya menuju daerah Turangga, sempat menanyakan pakaian tak lazim yang dikenakannya, dan ia hanya menjawab dengan santainya, “Lagi musim lho Pak baju model beginian. Cowok juga banyak yang pakai.”

 Isabel turun dari taksinya dan membayar ongkosnya beserta tip. Sopir taksi yang gembira menerima tambahan bayaran yang besar berterima kasih seraya mendoakan keberuntungan untuk Isabel. Isabel hanya melambai saja seolah ia sudah biasa memberikan tip sebesar seratus ribu rupiah tersebut.

 Merasa datang terlambat, ia langsung menaiki beberapa anak tangga sekaligus dan masuk ke dalam ruangan tertutup tempat pertunjukan bakat salah satu sekolah dasar swasta di Bandung itu digelar.

 Isabel menatap berkeliling. Lampu pada bagian penonton tampaknya sengaja digelapkan agar panggung di depannya terlihat semarak dan meriah, jadi ia tidak bisa mengenali setiap wajah yang duduk di sana. Isabel duduk di kursi tengah, di deret kanan yang terdapat tiga tempat kosong.

 Setelah menonton dua pertunjukan dari anak yang bermain drum dan menarikan modern dance, saat yang ditunggu-tunggu Isabel pun tiba. Lampu di panggung diredupkan, dan ada satu cahaya solid yang sedikit lebih terang menyoroti langkah gadis kecil itu menuju tengah panggung.

 Gadis bernomor peserta lima belas itu membungkuk kepada penonton untuk memberi hormat, dilipatnya sepasang kaki ramping miliknya itu dengan anggun. Baju baletnya yang berwarna pink cerah membuatnya terlihat seperti flamingo kecil.

 Isabel melambai dan bersiul heboh ke arah panggung hingga gadis kecil itu menangkap sosoknya. Sempat tak yakin, dengan kikuk gadis kecil itu akhirnya balas melambai pada Isabel.

 Suara rekaman alunan piano akhirnya terdengar dari pengeras suara. Bersamaan dengan ritme di kepalanya, dagunya terangkat dengan satu entakan, jemarinya tampak menggapai langit. Gadis kecil penguasa panggung itu pun seolah terbang.

 

***

Tak sabar, Abriel segera membuka lipatan kertas itu, bahkan sebelum ia mencapai pintu kamarnya. Tapi apa yang tertulis di sana membuatnya tercenung sejenak. Apa maksudnya semua ini? Abriel mengerutkan keningnya dalam-dalam, berusaha memahami tulisan tidak rapi itu:

 Tolong diisi selengkap-lengkapnya dan secepat-cepatnya! Ditambah selembar foto 3x4 lebih bagus. Kalau udah, kamu titipin di Bi Iceu lagi (bibi-bibi yang punya tai lalat di dagunya kayak Nunung. Kalau kamu ketuk rumah B3 nomor 16, Bibi yang akan bukain pintu). Kalau kamu terlalu malas jalan ke depan, kamu bisa kirim via pos. Tapi sampainya harus sebelum jam empat sore. Whatever ... Isi aja kalau kamu mau ...

 Nama lengkap:

 Nama panggilan:

 Tinggi/BB:

 TTL:

 Hobi:

 Anak ke:

 Nama sekolah:

 Kelas:

 Nama ayah:

 Nama ibu:

 Nama kakak/adik:

 Kebiasaan buruk:

 Merokok/tida merokok (coret salah satu)

 Riwayat kesehatan:

 Merek parfum:

 Makanan favorit:

Lihat selengkapnya