My Weird Neighbor

andra fedya
Chapter #35

35. Bergulir Tanpa Arah

Abriel sedang serius mengerjakan buku Latihan Ujian Nasional  ketika ia mendengar suara ketukan di pintu kamarnya. Setelah ia menyahuti, papanya kemudian masuk dan mengambil tempat di ujung tempat tidurnya.

 “Sudah jam satu malam, kamu belum mau tidur, El?” ujar papanya seraya memungut bola bisbol di dekat keranjang jaring-jaring tempat Abriel menaruh barang-barangnya.

  ”El kan udah janji sama Papa Mama, kalau El bakal menyeimbangkan antara sekolah dan proyek komik. Papa sendiri, tumben banget belum tidur jam segini padahal besok Papa kan ngantor.”

 Papanya memindahkan-mindahkan bola bisbol dari kepalan tangan ke kepalan tangan yang lain. “Nggak apa-apa, Papa lagi susah tidur. Pengin aja Papa ngobrol sama kamu. Kata Mama, tiap hari kamu tidur larut,” sahutnya. “Gimana komik kamu? Beres?” Papanya tahu-tahu bertanya.

 Abriel menaikkan alisnya. “Dua chapter lagi beres, Pa. Tinggal diperhalus, siap El bawa ke penerbit. El dibantu kenalannya Irena.”

 “Good, kalau gitu semakin besar peluang kamu, dong,” papanya memuji.

 “Mudah-mudahan.”

 “Kalau si Adit, gimana? Suka kamu ingetin juga tuh anak belajar? Anak itu kan kerjaannya main melulu. Kasihan sih Papa lihatnya, orangtuanya kan sibuk banget, jarang di rumah. Kayak tetangga depan rumah itu, sibuk banget mamanya sampai anaknya jadi nggak bener, telantar.”

 Abriel otomatis terkesiap. “Maksud Papa Isabel? Nggak bener gimana, Pa?”

 “Iya, Isabel, keluyuran melulu kan, kerjaannya? Papa sama Mama pernah ngobrol sama Bu Lastri, yang rumahnya di belokan itu. Dia katanya sering lihat anak gadis itu pulang malam-malam. Kadang naik taksi. Kadang diantar cowok, beda-beda.”

 Abriel tidak tahu harus menanggapi apa. Otot-ototnya terasa kaku.

 “Dia itu teman kamu, kan? Temannya Adit juga?” tanya papanya. “Papa beberapa kali lihat mobil Adit parkir di depan rumahnya. Apa anak itu pacaran sama si Adit, barangkali?”

 “Dia bukan pacarnya Adit, Pa.”

 “Ya, syukurlah kalau bukan. Kamu boleh berteman sama dia, tapi jangan terlalu dekatlah. Kasih tahu juga Adit—”

 “Pa, kayaknya ada yang perlu Papa tahu, deh,” potong Abriel, tidak lagi bisa menahan diri mendengar papanya terus-terusan memojokkan Isabel tanpa tahu yang sebenarnya dialaminya. “Sebenernya, El dekat sama dia; El suka sama Isabel. Dan dia itu nggak kayak yang Papa bilang, kok. El berani jamin, kalau Papa ngobrol sama dia, pasti Papa berubah pikiran. Isabel itu gadis paling cerdas, unik dan tulus yang pernah El kenal ....”

 Kacamata papanya sedikit melorot. Dengan telunjuknya papanya cepat-cepat membetulkan posisinya. “Ah, becanda kamu ...,” dengusnya sambil terkekeh.

 Abriel bergeming menatap papanya. “El nggak bohong, Pa. El beneran suka sama dia. Bahkan perasaan El mungkin lebih dalam dari itu.”

 “Lantas, kalau kamu yang cinta sama dia, kenapa Adit yang sering nongkrong di rumah dia, bukannya kamu?”

 Abriel tidak menjawab atau memandang papanya lagi. Gantinya ia mencorat-cotet sisi yang kosong di buku latihannya dengan hati tak nyaman, dongkol, kesal. Tak ambil pusing, papanya mengedikkan bahunya sebelum meninggalkan kamar Abriel, meninggalkan perasaan putranya yang berkecamuk.

 

***

Kompleks perumahan itu begitu sepi dan hening meski malam itu langit bertaburkan banyak bintang. Cemerlangnya malam terus berlangsung hingga akhirnya bulan menggelinding sedikit demi sedikit, lenyap digulung awan yang mengabut.

 Pukul empat pagi, truk sampah itu masuk ke dalam pemukiman itu. Lolos tanpa kecurigaan melewati dua satpam di gerbang kompleks yang berpikir bahwa mungkin departemen kebersihan mengganti petugas mereka dengan yang baru dan jadwal pengangkutannya yang seharusnya besok, diganti jadi hari ini.

 Deruman rendah itu akhirnya berhenti. Dalam keheningan, sampah-sampah mulai ditebar oleh seorang pria yang tampaknya sudah terbiasa bersentuhan langsung dengan berbondol-bondol benda yang mengeluarkan bau tak sedap itu. Setelah semua sampah itu dikeluarkan, ia kembali ke dalam mobil dan mengajak si sopir untuk melaju.

 Di sebuah mulut gang, si sopir pun menurunkan rekannya setelah mereka membagi dua sejumlah uang yang diberikan gadis cantik asal Jakarta yang mengupah mereka kemarin.

 

Lihat selengkapnya