Keesokan hari....
Hari ini Xiao Qin mempuyai rencana untuk refreshing ke mall, namun kali ini ia tidak mengajak Lisa. Ia benar-benar ingin sendirian. Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang, Xiao Qin pun sudah bersiap-siap untuk berangkat ke mall. Seperti biasa, Xiao Qin mengendarai sepeda motornya. Setiba di parkiran, ia mulai memasuki mall. Ketika sedang melihat-lihat seisi mall, tanpa di sengaja ia menabrak seorang gadis.
“Brukkk....!!!!”
“So.... Sorry! Sorry! Gue gak sengaja!” ujar Xiao Qin.
“Iya gak apa-apa, gue juga salah. Jalan gak lihat-lihat.” Jawab gadis itu.
Mereka pun saling bertatapan. Dan betapa terkejutnya mereka berdua ketika saling menatap. Gadis itu adalah Xing Xing, mantan pacar Xiao Qin saat SMP dulu. Seketika keduanya saling terdiam.
“Ma... Mau kemana?” tanya Xing Xing, memulai pembicaraan.
“Hmmmm... Mau jalan-jalan aja sih. Kenapa? Mau ikut?” ucap Xiao Qin.
Xing Xing tersenyum sambil menundukkan kepala, lalu menganggukkan kepala.
“Yaudah, yuk!” ajak Xiao Qin.
Mereka pun mulai berjalan berdua. Awalnya keduanya masih kaku karena sudah lama tidak bertemu. Akan tetapi, perlahan suasana mulai mencair. Xing Xing adalah cinta pertama Xiao Qin, hubungan mereka putus saat mereka masih duduk di bangku SMP kelas 2 karena Xing Xing harus kembali ke Guangdong untuk meneruskan sekolah menengah pertamanya. Kebetulan, Xing Xing juga gadis keturunan Tionghoa. Ia gadis yang sangat cantik, anggun, dan juga cerdas. Sejak putus dari Xing Xing, Xiao Qin benar-benar tidak membuka hatinya lagi untuk siapapun.
“Oh iya, udah dari kapan di Indonesia?” tanya Xiao Qin, ketika mereka sedang berhenti di sebuah kedai es krim.
“Belum lama kok, baru 2 minggu lalu.” Jawab Xing Xing.
Xiao Qin menganggukkan kepala. “Liburan atau.....”
“Melanjutkan studi.” Ucap Xing Xing, memotong pembicaraan Xiao Qin.
“Oh begitu.”
“Kamu masih marah?” tanya Xing Xing.
“Marah? Marah kenapa?” ucap Xiao Qin, balik bertanya.
“Marah karena aku dulu udah putusin kamu.”
Xiao Qin tersenyum simpul. “Gak ada yang perlu aku marahkan. Kamu pergi juga bukan kemauan kamu.”
“Saat itu aku masih terlalu takut untuk mengambil keputusan. Tapi sekarang aku kembali untuk kamu, Xiao Qin.”
Xiao Qin menggenggam tangan Xing Xing. “Kamu kembali ke sini untuk studi kamu, bukan untuk aku.” Ujar Xiao Qin.
Jantung Xing Xing kembali berdegup kencang. Sebenarnya Xing Xing sama sekali belum membuang perasaannya pada Xiao Qin, bahkan sampai sekarang cintanya untuk Xiao Qin masih ada.
“Mau nonton film?” tanya Xiao Qin, mengalihkan pembicaraan.
Xing Xing mengangguk. Mereka berdua beranjak dari duduknya, lalu berjalan menuju bioskop. Xing Xing memberanikan diri untuk menggenggam tangan Xiao Qin. Karena suasana hati Xiao Qin juga sedang tidak baik, maka ia membiarkan Xing Xing menggenggam tangannya. Kini mereka terlihat seperti sepasang kekasih.
Setiba di bioskop, Xiao Qin pergi ke loket untuk membeli tiket. Sementara Xing Xing, ia hanya duduk manis menunggu Xiao Qin. Usai membeli tiket, ia juga membeli 1 box popcorn dan 2 cup minuman soda. Melihat Xiao Qin yang membawa soda, Xing Xing sangat senang. Karena ia benar-benar tidak hilang dalam hati Xiao Qin.
“Kamu masih ingat minuman favorit aku, Xiao Qin.” Ucap Xing Xing dengan wajah senang.
“Tidak ada satupun darimu yang kulupakan.” Jawab Xiao Qin.
Xing Xing hanya tersenyum dan tersipu malu.
“Oh iya, udah lama kita gak foto bareng. Yuk kita berfoto!” ajak Xiao Qin.
Xing Xing menganggukkan kepala dengan penuh semangat.
Xiao Qin pun tersenyum, kemudian mengambil handphone dari saku celananya. Kemudian, mereka berfoto bersama sebanyak mungkin hingga pintu teater film yang akan mereka tonton di buka. Setelah mendengar informasi bahwa pintunya sudah di buka, Xing Xing dan Xiao Qin beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ruang teater. Mereka berdua duduk bersebelahan. Karena sudah menjadi kebiasaan Xing Xing yang selalu merebahkan kepalanya di bahu Xiao Qin, Xiao Qin pun hanya bisa terdiam dan tidak menolak Xing Xing.
Usai menonton film, mereka berdua meninggalkan area bioskop. Karena merasa lapar, Xing Xing mengajak Xiao Qin pergi ke restaurant favorit mereka berdua untuk mengenang masa-masa indah mereka. Xiao Qin menuruti kemauan Xing Xing.
“Kamu ingat gak sih? Dulu kita sering banget ke tempat ini.” Ucap Xing Xing.
“Iya, aku ingat. Seperti yang tadi aku bilang, tidak ada satupun yang aku lupakan dari kamu.” Jawab Xiao Qin.
“Kita pesan makanan kesukaan kita ya!” ujar Xing Xing.
Xiao Qin mengangguk. Xing Xing pun segera memanggil pelayan untuk memesan makanan. Hati Xiao Qin sudah tidak terlalu murung, sekarang sudah merasa terobati dengan kehadiran Xing Xing.
Beberapa menit kemudian, makanan pun datang. Mereka mulai menyantap makanan kesukaan masing-masing. Sesekali Xiao Qin menyuapi Xing Xing, begitu juga sebaliknya. Mereka benar-benar tampak seperti orang yang pacaran.
Usai makan, mereka saling bertukar nomor telepon. Kemudian, mereka berbicara santai tentang masa lalu mereka berdua.
“Xiao Qin....”
“Iya....”
“Apa kamu udah punya pacar?”
Xiao Qin menggeleng.
“Masa sih?” tanya Xing Xing tidak percaya.
“Gimana aku mau punya pacar? Buat lupain kamu saja sulit.” Jawab Xiao Qin.
“Maafin aku, Xiao Qin.”
“Gak apa-apa, aku gak marah. Kalau aku marah, mana mungkin aku mau jalan bareng sama kamu.”
“Apa aku masih bisa memiliki hati kamu lagi?”
Xiao Qin terdiam.
Xing Xing tersenyum simpul, lalu menggenggam tangan Xiao Qin. “Kamu gak perlu jawab sekarang, Xiao Qin. Aku tahu, ini gak mudah untuk kamu.”
“Makasih ya, kamu sudah ngertiin aku.”
“Iya sama-sama.”
Keduanya saling menatap dan tersenyum.
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, Xiao Qin dan Xing Xing pun berencana untuk pulang. Mereka berpisah di dalam mall, karena Xiao Qin harus ke parkiran sedangkan Xing Xing berjalan menuju halte. Ketika sedang berjalan keluar meninggalkan mall, Xiao Qin melihat Xing Xing sedang menunggu taksi di halte. Namun, tidak ada satupun taksi yang datang. Karena kasihan, Xiao Qin pun menghampiri Xing Xing.
“Xing Xing...” panggil Xiao Qin.
Xing Xing menoleh. “Hey, Xiao Qin.”
“Belum datang ya taksinya?”
Xing Xing menggeleng.
“Mau bareng?” tanya Xiao Qin.
“E.....Emang boleh?” ucap Xing Xing ragu-ragu.
“Ya boleh lah, masa gak boleh. Yuk naik.” Ujar Xiao Qin.
Xing Xing mengangguk, kemudian menghampiri Xiao Qin dan naik ke motor. Setelah menggunakan helm, Xiao Qin mulai melaju kembali motornya. Sepanjang perjalanan keduanya saling terdiam. Xing Xing memberanikan diri untuk memeluk Xiao Qin. Xiao Qin terkejut, namun ia tetap fokus dalam mengendarai motornya. Xing Xing tersenyum, karena Xiao Qin sama sekali tidak marah ketika ia memeluknya.
“Rumah kamu masih yang dulu?” tanya Xiao Qin, mencairkan suasana.
“Masih kok.” Jawab Xing Xing.
“Kamu sama siapa ke Indonesia?” tanya Xiao Qin.
“Sendiri. Orang tuaku masih di Guangdong, jadi aku memutuskan untuk kembali sendiri.” Jawab Xing Xing.
“Tapi kamu gak sendiri kok, kan ada aku.” Ujar Xiao Qin.
Xing Xing hanya tersenyum dan tersipu malu.
Mereka pun tiba di rumah Xing Xing. Xing Xing turun dari motor Xiao Qin, kemudian melepaskan helm dan memberikannya pada Xiao Qin.
“Makasih ya, kamu udah mau anterin aku pulang.” Ucap Xing Xing.
“Iya sama-sama. Aku gak mungkin tega membiarkan kamu sendirian, apalagi udah mau malam.” Jawab Xiao Qin.
“Yaudah, kalo gitu aku masuk ya.” Ucap Xing Xing.
Xiao Qin mengangguk. Xiao Qin pun mengunci pengait helm yang tadi digunakan Xing Xing agar bisa di gantung di depan motornya, tiba-tiba Xing Xing mencium pipi Xiao Qin. Xiao Qin pun terpaku sambil menatap Xing Xing, sementara Xing Xing tersipu malu kemudian berlari masuk ke dalam rumah. Xiao Qin tersenyum sendiri, kemudian memegang pipinya. Ia benar-benar tidak menyangka Xing Xing akan seberani itu.
Sepanjang perjalanan pulang, Xiao Qin tidak hentinya tersenyum sendiri. Bahkan, sudah sampai di rumah pun masih terus tersenyum. Xiao Qin segera masuk ke kamar, lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Jantungnya berdebar-debar ketika Xing Xing mencium pipinya.
“Aku gak menyangka, kalau kamu seberani itu.” Ucap Xiao Qin sambil tersenyum. Ketika sedang asyik memandang langit-langit kamar, tiba-tiba handphone nya bergetar. Xiao Qin mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, kemudian membuka layar handphone. Ternyata pesan dari Lisa.
“Xiao Qin, kamu kemana aja seharian? Kok gak ngabarin aku?” tanya Lisa dalam pesannya.
“Maaf ya kalau aku gak ngabarin kamu seharian, aku tadi refreshing seharian. Yaaa jalan-jalan santai.” Balas Xiao Qin.
“Kok tumben kamu gak ajak-ajak aku? Kamu sama siapa?”
“Sama teman lama.”
“Teman lama? Siapa? Kok aku gak tau ya?”
“Nanti aku kenalin ke kamu ya. Oh iya, kamu seharian ngapain aja?” tanya Xiao Qin mengalihkan pembicaraan.
“Aku di rumah aja. Tunggu kamu chat aku, tapi ternyata kamu gak chat aku.” Jawab Lisa.
“Huuuu kaciaaan.... Yaudah maaf maaf, kamu mau aku beliin apa supaya kamu maafin aku?”
“Hmmm....”
“Apa...???”