Air hujan masih menggenang di lekukan-lekukan jalan. Orang-orang kembali melanjutkan aktivitasya, begitu pun dengan seorang gadis yang kini tengah berlari ke arah sebuah bus dan langsung menaikinya. Untungnya, tadi ia sempat berteduh di sebuah warung kecil yang berada tak jauh dari bus yang dinaikinya saat ini. Padahal bulan ini belum memasuki musim penghujan, tapi Kota Bogor hari ini rupanya sedang memuntahkan perasaannya.
Ataya menaruh tasnya di bagasi atas kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi barisan keempat dari depan sebelah kanan. Sejenak setelah Ataya duduk, bus mulai melaju pelan meninggalkan terminal. Ataya melepas masker di wajahnya lalu menatap keluar jendela. Libur telah tiba. Dirinya memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya menghabisan waktu libur semester genap ini.
“Kayaknya gue harus buat planning,” gumam Ataya kepada dirinya sendiri. Ia mengambil headset yang ada di sling bag nya lalu memakainya. Well, welcome to my holiday. Batin Ataya. Selanjutnya ia memutuskan untuk tidur selama di perjalanan.
Setelah menempuh perjalanan selama enam jam, akhirnya bus itu tiba di Majalengka. Ataya turun dari bus seraya membenarkan masker yang telah dipakainya lagi. Ia mengeluarkan handphone-nya dari sling bag dan segera menelepon seseorang.
“Halo, Aa dimana?” tanya Ataya setelah deringan ketiga diangkat.
“Ini di terminal Dek, kamu dimana?” Laki-laki di seberang sana menjawab.
“Di depan warung nasi sebelah mushola.”’
“Oke, nanti Aa kesana.”
“Iya.” Ataya mematikan sambungan telepon lalu memutuskan untuk duduk selagi menunggu kakaknya datang.
Ia memerhatikan orang yang berlalu lalang sampai seseorang menepuk pundaknya.
“Dek,” panggil seorang laki-laki sambi menepuk pundak Ataya.
Ataya menoleh lalu segera berdiri. “Yuk A, pulang.”
Mereka berdua pulang menggunakan motor dengan Ataya yang dibonceng oleh kakaknya.
“Gimana kuliahnya, Dek?” tanya Arki.
Arki adalah kakak pertama Ataya, kebetulan kakaknya juga sedang libur kuliah dan sudah lebih dulu pulang ke rumah, jadi kakaknya bisa menjemputnya di terminal tadi.
“Biasa aja A. Aa gimana semester depan udah mau KKN, ya?”
“Lagi nyusun prokernya.” Di pertigaan jalan, Arki belok ke arah kiri.
“Prokernya gak dari dosen pembimbing lapangan?” tanya Ataya.
“Gak, di kampus Aa diwajibkan buat proker sesuai keahlian masing-masing.”
“Oh, gitu ya.” Ataya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
“Kamu ikut UKM apa, Dek?”
“Belum ikut apa-apa sekarang, mungkin nanti, A,” jawab Ataya sambil membenarkan rambutnya yang menutupi pandangannya.
“Oh, gak ada yang menarik buat kamu, ya?”
“Hm, ada, tapi masih ragu.”
“Mau Aa yakinin?” goda Arki.
Ataya tertawa. “Gak, makasih deh A.”
Di sebelah kanan jalan, rumah mereka sudah terlihat, Arki memarkirkan motornya di halaman rumah. Ataya turun dari motor dan melepas helmnya begitu juga dengan Arki. Mereka masuk ke dalam rumah bersama-sama.