Gadis berpipi tembam itu sedang bercengkrama dengan 2 temannya. Namun, karena terlalu asik bercengkrama gadis itu tak sengaja menabrak seseorang. Hingga es jeruk yang dipegang gadis itu tumpah di baju seorang pemuda. Pemuda yang selalu di idolakan oleh siswi-siswi SMA DEWANTARA.
“Astaga adel,”gumam temannya-Maira sambil menyikut lengan Adel.
“Mm-aaf aku gak sengaja,”kata Adel yang sedang berusaha membersihkan baju seragam pemuda itu dari air berwarna oranye itu.
Namun pemuda bermata elang itu menepis kasar tangan Adel. “Udah, gue bisa urus ini sendiri,”ketusnya.
“Beneran bisa sendiri?”tanya Adel dengan raut wajah bersalah dan khawatir. Gadis berpipi tembam itu meremas ujung rok nya.
Pemuda jangkung itu berlari ke arah toilet, meninggalkan Adel yang masih khawatir akan insiden yang telah terjadi.
Lalu, tubuh gadis itu ditarik oleh kedua temannya menuju kelas. Saat sampai dikelas Adel langsung di perintahkan oleh kedua temannya untuk duduk di bangkunya. Dengan wajah polosnya, gadis berpipi tembam itu menuruti perintah kedua temannya.
“Adeliara Sifabella anak kesayangan bu Kania lo tau gak siapa yang lo tabrak tadi?”Hanna mengintimidasi Adel di dalam kelas.
Nama gadis berpipi tembam yang memiliki senyum manis itu adalah Adeliara Sifabella, gadis itu memang sangatlah ahli dalam matematika. Tak salah, jika dirinya menjadi murid kesayangan dari guru matematikanya-bu Kania.
Gadis yang ditanya oleh Hanna hanya menggeleng sambil memasang tampang polos. Hanna yang melihat reaksi temannya itu ingin sekali mencakar-cakar wajah Adel. Hanna yang sejak tadi berdiri menghadap Adel, menjadi duduk disamping Adel.
“Masa iya lo gak tau siapa yang lo tabrak tadi?”geram Maira yang sekarang sedang duduk di bangku belakang Adel.
Hanna memutar kedua bahu Adel, agar gadis itu menghadapnya sekarang. Gadis yang diperlakukan seperti itu hanya diam sambil mengerjapkan kedua bola matanya.
“Adel...Adel...Adel...makanya kalo diajak pergi ke kantin ngikut,”ucap Hanna yang sekarang menangkup kedua pipi tembam milik gadis yang dihadapannya.
Adel memang tipe orang yang anti pergi ke kantin. Karena gadis itu malas berdesak-desakan di kantin. Tadi saja jika tidak dipaksa oleh Maira, dirinya tidak akan pergi ke kantin. Jadi, jika dia memang ingin makan di kantin, dia akan menyuruh Maira untuk memesan makanannya. Sedangkann Adel duduk di bangku dekat kantin. Maira menepuk pundak Adel, membuat Adel menoleh ke Maira.
“Jadi Del, yang lo tabrak tadi itu the king of rumus,"jelas Maira, membuat Adel mengernyit sekaligus menautkan alisnya.
“The king of rumus?maksud lo tuh orang pinter matematika?”tanya dengan wajah yang datar.
“Bukan del, tapi dia itu pro di fisika,”jawab Hanna.
“Kak Reyhan itu pinter fisika, dia itu udah sering ikut olimpiade, panutan di SMA Dewantara, fansnya jangan ditanya fansnya itu bukan anak-anak sini aja tapi fansnya juga banyak di SMA lain. Kenapa bisa gitu? Karna kak Rey itu udah menangin banyak olimpiade Fisika. Makanya dia itu punya banyak fans dari SMA lain,"jelas Maira sambil senyum-senyum sendiri.
Adel menganggukkan kepala.”Terus kak Rey itu anak kelas mana?”tanya Adel.
“ Kak Rey anak kelas 12 Ipa 1, kelasnya para cogan,"jawab Hanna dengan wajah yang seakan takjub.
“Kepada Adeliara Sifabella kelas 11 Ipa 1 harap ke ruang guru menemui bu Kania.”
Suara speaker dari ruang guru, membuat Adel beranjak dari duduk. Lalu, pamit kepada kedua temannya untuk pergi ke kantor. Adel berlari-lari kecil menuju ke kantor.
“Permisi bu, maaf ada apa ya ibu manggil saya ke sini?”tanya Adel dengan sopan dan lembut walau nafasnya masih tidak teratur karena berlari menuju ke kantor.
“Begini Adel, nantikan ada olimpiade fisika yang akan dilaksanakan di SMA lain sekitar 4 bulan lagi dan ibu mau kamu yang ikut sama anak kelas 12 nanti. Jika kalian lulus babak penyisihan, 3 hari setelah pengumuman babak penyisihan kalian akan pergi ke Bandung untuk mewakilkan provinsi kita,”jelas seorang wanita paruh baya dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.
“Loh bu, kenapa harus saya, kan saya gak terlalu paham tentang pelajaran fisika?”tanya Adelia dengan raut wajah bingung sekaligus terkejut.
“Karena Diana lagi ikut lomba fisika yang lain dan hari dilaksanakannya juga sama dengan olimpiade fisika ini. Menurut saya kamu itu orang yang pantas buat gantikan Diana di olimpiade ini."Bu Nita selaku guru fisika ikut menjelaskannya kepada gadis berpipi tembam itu.
“Jadi kamu mau ikut kan?”tanya bu Kania dengan wajah penuh harapan.
Adel merasa tak enak hati jika dirinya menolak tawaran ini.”Hmm baik bu saya mau ikut olimpiade ini, tapi kan saya gak terlalu paham tentang fisika jadi saya harus gimana bu?”
“Tenang saya sudah persiapkan buku pengetahuan fisika di dalam buku ini terdapat banyak materi yang lebih di perdalam , silahkan kamu pelajari dahulu yang ada di buku ini.”Bu Nita menyerahkan tumpukan buku-buku pengetahuan kepada Adel.
Gadis berpipi tembam itu hanya bisa menganga melihat tumpukan buku-buku tebal yang diberikan oleh guru berperawakan langsing dan tinggi.
Adel menerima buku-buku yang diberikan oleh bu Nita. “Baik, bu kalo gitu saya permisi dulu,”pamitnya.
Dengan susah payah Adel membawa tumpukan buku yang sudah menghalangi pandangannya ini. Ia terus mendumel saat naik tangga. Bagamana tidak, waktu kosong nya kini telah di isi oleh rumus-rumus fisika yang terkadang membuatnya pusing. Namun saat dia sudah berada di koridor, seseorang menabraknya membuat seluruh buku jatuh dan kertas yang dibawa seseorang yang menabrak Adel juga jatuh berhamburan.
“Heh kalo jalan liat-liat, gak liat apa ada orang segede ini disini makanya kalo punya mata itu dipake buat jalan jangan dipake buat ngintip oran—“ Kalimat Adel menggantung di udara saat menyadari seorang yang ditabraknya itu adalah Reyhan.
Adel langsung mengambil buku-buku yang terjatuh ke lantai.
“Eh kak Rey,”panggil Adel sambil memasang wajah sok ramah, namun pemuda berperawakan tinggi dan tegap itu hanya memasang wajah datar.
“Bajunya apa kabar? Udah bersih? Aku minta maaf ya kak soal yang tadi,”ucap Adel.
Namun, Reyhan tak menghiraukan Gadis yang ada dihadapannya. Pemuda itu hanya sibuk memungut kertas yang berhamburan tadi. Lalu berjalan melewati Adel yang masih mengoceh.
“Heh kak? Kakak maafin aku gak?Kak Rey?”teriak Adel sekuat tenaga, namun Reyhan tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan dari Adel.
Adel merasa lelah sendiri karena telah berteriak. Gadis itu memungut buku yang berjatuhan tadi. Adel masih bingung bagaimana cara mendapatkan maaf dari Reyhan. Toh Adel yang selalu menegur sapa Reyhan saja tidak dihiraukan oleh Reyhan , bagaimana bisa gadis berpipi tembam itu mendapatkan maaf dari Reyhan.
“DEEELLL.”Panggilan seseorang membuat Adel membuyarkan lamunannya, dan menoleh ke sumber suara.
“Eh kak Angga!!!”balas Adel, gadis itu berusaha mendekat walau beban buku yang ia bawa cukup berat bagi tubuhnya itu.
Hampir saja tubuh tingginya itu jatuh, karena gadis itu tersandung sebuah batu kecil. Untung saja Angga dengan sigap menghampiri Adel dan menahan bahu Adel agar tidak jatuh. Namun nahas buku-buku yang dibawa Adel terjatuh untuk yang kesekian kali. Buku-buku tebal itu terjatuh dan menghantam kaki Angga yang terpakai oleh sepatu hitam sekolahnya.