LETTERS: Apakah Kamu Mencintaiku?

Yehezkiel Eko Prasetyo
Chapter #6

Gadis itu dan Perpustakaan

Dihari yang lain.

Siang hari di jam istirahat sekolah. Aku dan Kim memutuskan untuk masuk ke perpustakaan sekolah. Biasanya kami dan beberapa teman lain suka pergi ke kantin setiap jam istirahat. Namun, kali ini berbeda. Perpustakaan menjadi tempat favorit anak-anak SMA tingkat akhir sejak awal bulan januari. Mulai sekarang kami harus lebih giat belajar menjelang ujian akhir demi lulus dan masuk ke tahap berikutnya.

“Kali ini lo harus ajarin gue geometri dan aljabar. Gue enggak paham.” Kata Kim.

“Iya, gue juga mau belajar lagi.”

Kami menuju ke kumpulan buku-buku yang tersusun rapi diantara rak-rak besar. Ketika tanganku sedang menelusuri kumpulan buku matematika pada salah satu rak, mataku terpaku pada sosok gadis yang sedang duduk seorang diri diarea baca.

Ya, itu Alhika. Sesekali Alhika menyingkapkan rambutnya yang terjuntai menutupi mukanya dari samping ke telinga. Wajahnya tampak manis. Cantik sekali perawakanya dari samping.

Aku dan kebodohanku tentang percintaan mulai tidak kuasa terhadap diriku sendiri. Aku mulai gila lagi dan benar-benar terpanah dibuatnya. Meski hanya melihat dia dari sela-sela rak buku. Jantungku bedetak seperti domba yang melompat-lompat di padang berumput hijau. Aku tidak beranjak dari posisiku. Aku mematung, sementara mataku terus memandangi Alhika dari jauh. Rak-rak buku menjadi pembatas antara diriku dan Alhika. 

Sebuah tangan tiba-tiba menepuk bahuku dari belakang. Sontak aku kaget dan semua hal indah dalam pikirannya berhamburan hilang. Kim, aku tahu dia penyebabnya. Mengesalkan.

“Woy! Liat apaan?” Sambil memandangi anak-anak yang sedang sibuk membaca.

“Emmm, enggak. Enggak liat apa-apa.” Jawabku gugup sambil kembali mencari buku.

“Udah ketemu bukunya?” Tanyanya.

“Udah.” Aku mengambil satu buku Matematika yang membahas tentang Geometri dan Aljabar dari rak.

“Ayo.” Ucap Kim sambil berjalan kearah Alhika.

Aku seketika terdiam dan tidak bergerak mengikuti Kim.

“Sssttt…” Sambil melambaikan tangan kearahku.

Kami berjalan menuju ke tempat Alhika yang tengah duduk seorang diri.

“Hai, Al.” Sapa Kim dengan lirih.

“Hai.” Jawab Alhika lirih.

“Boleh gabung?” Tanya Kim.

“Boleh.” Mempersilahkan Kim dan aku duduk.

“Belajar apa?” Tanya Kim.

“Geometri.” Jawab Alhika dengan lembut.

“Wah, pas banget. Kita juga mau belajar itu. Bibo lumayanlah geometrinya di kelas. Mau bareng sekalian? Bibo yang ngajarin kita.” Kim yang memberikan tawaran kepada Alhika. Itu membuatku merasa malu dengan tingkah Kim yang berlebihan tetang kemampuanku di kelas soal geometri. 

“Enggak apa-apa aku minta diajarin sekalian?” Tanya Alhika.

“Enggak apa-apa!” Jawabku tegas. Sebenarnya itu reflek dari rasa gugupku yang belum terkontrol.

Alhika dan Kim tampak terkejut karena aku sedikit bersemangat. Mereka berdua menatapku.

“Ada apa?” Tanyaku.

Lihat selengkapnya