LETTERS: Apakah Kamu Mencintaiku?

Yehezkiel Eko Prasetyo
Chapter #11

Dibawah Hujan

Langkah kakiku terus membawaku menyusuri sepanjang jalan toko-toko. Aku tidak perduli sepatuku basah, yang sedang ku pikirkan adalah berjalan sejauh mungkin.

Mataku terus menatap kedepan dengan tatapan dingin dan kosong. Tangan kiriku masuk kedalam saku celana sementara tangan kanan terus memegang payung. Beberapa orang juga lalu-lalang sembari membawa payung mereka masing-masing. Sesekali hampir aku bertabrakan dengan pengguna jalan lainnya karena aku tidak fokus dengan pandanganku. Aku hanya mengucapkan maaf sambil membiarkan langkah kakiku menuntun kemanapun aku pergi.

Aku terus berjalan. Hingga langkah yang sudah tidak terhitung membawaku sampai ke sebuah taman ditengah kota. Taman yang biasa ku datangi untuk menggambar setelah dari toko mama. Aku masuk ke taman itu dengan menurunkan kecepatan langkah kakiku.

Aku menatap sekeliling. Pohon-pohon, rumput, jalan setapak, bangku taman dan ayunan, semua basah. Air langit itu masih saja tidak berhenti. Aku mulai merenungkan kejadian yang baru saja terjadi. Aku tengah memikirkan perasaan mamaku.

Lebih dari satu jam aku terus berdiri sambil memegang payung. Hujan terus turun yang membuatku terus masuk dalam masa lalu. Aku terdiam. Mataku memandangi air langit yang jatuh terus-menerus. Rasa kecewa membuat hidup ini semakin terhilang.

Terdengar suara langkah kaki yang menginjak genangan air mendekati diriku dari balakang. Aku masih terdiam dan mengacuhkannya.

Tiba-tiba terdengar suara lembut menyapa, “Bibo, that’s you?

Aku menoleh perlahan kearah kananku. Aku melihat wajah samar dibawah payung putih yang besar. Aku memutar badanku. Aku melihat Armaya, cewek Jepang dengan rambut pendek sudah berdiri agak jauh dari ku.

“Armaya?” Tanyaku sedikit kaget.

Armaya hanya tersenyum tipis.

“Kamu ngapain disini?” Tanyaku.

“Oh, aku sedang memotret objek ditengah hujan. Kurasa ini menarik. Aku harus mengumpulkan banyak portofolio untuk masuk kuliah sebentar lagi. Aku masih bingung mau ambil jurusan apa. Tapi aku sudah mulai dengan banyak portofolio yang kukumpulkan. Aku suka seni.” Armaya mendekat, “Kenapa kamu berdiri disini dari tadi? Aku memperhatikanmu sejak tadi. Hanya aku ragu itu kamu dan kuputuskan untuk mendakat kesini.”

“Oh.” Jawabku sambil melihat kesekeliling. Aku belum sempat melanjutkan perkataanku, dia mulai bicara lagi.

“Mau minum kopi hangat? Dekat sini ada coffee shop.” Ajaknya kepadaku sambil tersenyum.

Aku sedikit kaget.

“Aku yang tlaktir. Come on.” Tambahnya. Dia berbalik arah dan jalan duluan.

Lihat selengkapnya