Sudah memasuki bulan empat ditahun ini. Ini adalah minggu ujian nasional untuk setara SMA. Semua anak-anak tingkat akhir harus berjuang keras demi ujian ini. Tidak ada yang bisa menolong diri mereka kecuali mereka harus tekun dalam doa dan usaha.
“Bibo!!!”
Aku terbangun mendengar panggilan nyaring mama.
“Udah jam berapa ini?!”
Aku langsung duduk dengan kaget. Kulihat alarm, sudah pukul 6.30 pagi. Aku bangun terlambat.
“Ah, mama kenapa gak bangunin dari tadi sih?” Aku mengomel sambil bergegas mandi.
“Kenapa mama yang kamu omelin jadinya? Biasanya kamu juga bangun kalau dengar alarm.”
Tidak ada waktu lagi untuk basa-basi dan mengobrol. Aku harus bergegas agar tidak terlambat datang ujian. Hanya butuh waktu 10 menit dan semuanya selesai. Aku tidak berduli mandiku bersih atau tidak. Yang penting aku tidak telambat datang di hari ujian terahir.
Parahnya, Kim tidak datang ke rumah dan mengajakku pergi bersama. Aku lekas pergi dengan ojek yang ada pengkolan. Terpakasa aku tidak jajan hari ini karena harus membayar ojek. Bodohnya aku baru sadar bahwa di rumah juga ada motor. Ah, sudahlah.
Sampai di sekolah, aku bergegas lari masuk ke ruang kelas. Benar saja, aku sudah telambar sepuluh menit yang lalu dan ujian sudah dimulai.
“Permisi, pak. Maaf saya terlambat.” Ucapku lirih kepada pengawas ujian.
Semua mata tertuju padaku sesaat. Aku melirik mereka.
“Dari mana saja kamu!? Ayo duduk! Tidak ada waktu tambahan untukmu meski kamu telambat!”
“Baik, pak. Terimakasih.”
Aku segera duduk, berdoa dan mulai mengisi data diri sebelum mengerjakan soal ujian. Saat itu suasana terasa hening. Semua siswa sangat serius mengerjakan soal ujian. Ini hari terakhir babak penentuan kelulusan kami. Tidak ada yang boleh terlewat. Dua jam berlalu dengan cepat.
KRINGGG….!!!