"Tidak bisakah kau membiarkanku dan tidak mengaitkan ku dalam tugas laporan Anda. Saya harus bekerja ekstra sekarang!"
Suara datar yang tajam memecah keheningan di ruangan seluas 14m x 16m, Aula utama IHS.
"Profesor Anderson memanggil kita semua, saya rasa kalian pantas di sini dan menunggu kehadirannya. Apa kau takut, Naomi?"
Naomi, begitu saja namanya. Tidak ada sebutan lain atau nama lengkap yang diberinya. Dia tampak menunduk setelah mendengar pertanyaan sarkas dari detektif yang sepertinya tidak melihat siapa pun orang di depannya, meski aku tahu sebelumnya mereka memang sangat akrab.
"Sepertinya akan ada sedikit perubahan untuk Anda mencari tersangka," Naomi menjeda kalimatnya kemudian melirik ke arahku dan Leon. "Sebuah pil yang anda temukan memiliki bekas sidik jari, Nyonya Angeline Rose."
Detektif Delyna terkejut, namun tidak dengan aku dan Leon. Aku tidak mengerti apa artinya, sementara Leon seperti tersenyum puas.
"Barang yang ditemukan di TKP selang beberapa waktu, tidak bisa dipastikan sebagai barang bukti, Nyonya Lukas. Anda harus mengerti itu, dan sepertinya anda dipermainkan oleh pembunuhnya," timpal Leon berdiri, tanpa memberikan kesempatan Wanita yang masih mengenakan kemeja putih menurunkan kerutan di dahinya.
Ia masih berfikir, tentunya. Namun Leon segera mengusiknya dengan perkataan yang aku yakin tidak membantunya. Bahkan dia terlihat mengejeknya dengan kekehan kecil yang terdengar olehku.
Aku menelaah sedikit permasalahannya, jika saja pil itu ditemukan di TKP yang artinya harusnya akan menjadi titik terang untuk Delyna Lukas, tetapi justru lampu itu telah pecah sebelum menyala. Dengan kata lain, yaitu kenyataan bahwa barang bukti yang ditemukan nyatanya nihil justru mengarah pada tersangka yang bahkan kini menjadi korban selanjutnya,
Tunggu...
"Sepertinya kau benar, Leon! Maaf aku telah menuduh kekasihmu. Dan hallo, Kim." Ia menyadarkan lamunanku, senyumnya canggung namun terlihat tulus kali ini, tangannya terjulur ke arahku, aku menjabatnya. Meski tak mengerti. Demi sopan santun pikirku,
"Kimberly, saya rasa lebih baik saya bekerja sama denganmu."
"Leyl, the writer. Bukankah itu adalah petunjuk utamanya, Nona Delyna Lukas. Kita tahu bahwa orang yang selalu menjadi juara dalam kompetisi menulis adalah dia. Wanita yang memiliki bakat menulis yang hebat!"
Sial! Gadis ranking pertama di kelasku, menunjukku. Bagaimana bisa? Aku memang membencinya, dia sempat dekat dengan Leon di ekskul bela diri yang kami ikuti dan aku rasa dia memang menaruh hati padanya, dulu sekali dia memang hanya bisa tersenyum pada Leon. Tapi sejak tahu Leon menjadi kekasihku dia tidak pernah lagi menarik bibirnya meski dalam hitungan mili.
"Bukankah kau juga penulis Naomi? Namamu bahkan ada dalam beberapa majalah terkenal yang menampilkan cerita pendek di dalamnya. Atau bahkan kau berhasil menerbitkan komik dengan nama penamu. Apakah aku perlu memberi tahu yang lain? Nama yang bahkan tidak ingin kau bawa lagi."
Aku kaget mendengar suara Leon. Sepertinya Leon mengetahui banyak tentang dia. Yeah! Seketika hatiku memang memanas.
"Tenanglah! Kita satu tim. Dan saya mohon untuk kerja sama kalian dalam hal ini!" ucap Delyna melerai.
"Dimana kamu dan Leon pukul 06.00 sampai 09.00?" Lanjut Naomi tanpa mengidahkan ucapan Nona Delyna.