Leyl the Writer

Ika Karisma
Chapter #10

#10 Naomi

Asrama putri, 2 IPA akselarasi no 25. Naomi, selain karena jumlah ganjil di setiap kelas dengan jumlah 15 maka jumlah kamar terakhir setiap kelas adalah VIP bagi peringkat satu di kelas. Kamar yang hampir sebagiannya berbentuk perpustakaan pribadi tertata rapi. Berwarna serba putih, dan memiliki berapa tanaman hias yang ia letakkan di beberapa meja.

Gadis kelahiran Tokyo, 17 tahun lalu itu gelisah di atas kasur empuk yang terletak tepat di tengah-tengah dimepetkan ke tembok besar dengan lukisan erotis yang sepertinya tidak sesuai dengan karakternya yang dingin. Sebenarnya lukisannya tidak terlalu erotis mungkin, hanya sebuah gambar sepasang kekasih yang sedang bercumbu mesra, yang hanya ditutupi oleh lilitan kain pada tubuh gadis di sana, namun tidak menutup lekukan tubuh seksi yang kian disentuh lelaki dibelakangnya. Sepertinya Naomi yang melukisnya, selain cerdas dalam bidang akademik rupanya dia memiliki bakat seni yang luar biasa. Benar yang dikatakan Leon dia pantas pernah membuat komik, lukisannya yang berbentuk manga 3D terkesan lembut. Hanya lukisan itu yang berwarna, namun tidak begitu mencolok sebagaimana kulit Naomi, berwarna kulit putih asia. Ya, dia melukis sepasang kekasih berwajah oriental khas darah Naomi.

Gadis pemilik kamar Vip di asrama siswi itu kini berdiri, memandang ponsel dalam-dalam. Seakan menimbang sesuatu dengan cermat. Ia segera meraih seragam lab berwarna putih, tanpa mengganti pakaian piyamanya.

"Persetan dengan permainanmu, Leyl!"

Ia bergegas menuju lorong lantai 1, asrama siswi terpisah dengan gedung utama yang terdiri dari kelas, lab, hingga ruang istimewa kepala sekolah yang memiliki hak penuh lantai teratas. Cukup jauh untuk menuju lab, melewati halaman yang kini menjadi TKP kedua dari kasus kedua.

Tidak begitu banyak penerangan terlebih karena memang sudah tengah malam. Seseorang mengganggu penglihatan gadis berkacamata itu, ia berusaha untuk membenarkan kacamatanya barangkali dia salah melihat. Setelah memastikan dia yakin memang ada seseorang di sana. Naomi melangkah perlahan, berusaha tidak mengusik seseorang yang mencurigakan.

"Oh my God!"

Nyonya Delyna! Begitulah ucap Naomi dalam hati. Namun tak terlihat di ekspresi wajahnya, tentu saja Naomi memang handal untuk memainkan ekspresi, sebenarnya tidak pandai dia hanya memiliki satu topeng, yaitu berwajah dingin. Berbeda dengan Delyna yang kini turun harga dirinya karena yeah! Dia tidak bisa menahan suaranya saat kaget. Beruntung dia tidak berteriak. Tentu akan jauh terlihat lebih konyol.

"Kenapa, Anda terkejut Nona Delyna?" Tanyanya ketus.

"Ah! Siapa yang tidak terkejut, kau tiba-tiba di belakangku di tempat yang meregang nyawa seseorang"

"Kau takut?"

"Apakah kaget selalu berarti takut?" jelas detektif yang kini telah mengganti pakaian kasual menutupi kegugupannya. 

Rambutnya masih bergaya sama, membelah tengah dengan rapih lalu dikuncirkan kebelakang tidak berbentuk kuda. Sedangkan dari gayanya, jauh berbeda saat ia harus berpakaian seragam khas guru yang terlihat feminim dan elegan kali ini ia terlihat jauh lebih barangkali rock and roll, dengan celana kulit yang mengkilap, kaos polos hitam, lengkap jaket kulit hitam pula, aneh sekali. Dia menyukai warna hitam rupanya. Bahkan sepatunya, dia tidak memakai heels tinggi lagi seperti yang dikenakan saat mengajar di kelas, atau yang tadi pagi ia kenakan. Ini lebih baik sehingga Naomi tidak perlu memandangnya terlalu mendongak. Kini dia memakai boot angkle yang menutup mata kakinya. Benar-benar pribadi yang berbeda.

Setelah mengamati seluruh penampilan keren yang tak disangka oleh gadis yang kini berbakaian lebih sederhana, yang hanya dibalut Jaz lab. Naomi memutar otak untuk menanyakan to the point.

"Lalu apa yang Anda lakukan di sini? Bukankah sebaiknya anda istirahat?"

"Lalu kau?"

Naomi akhirnya kalah dengan rentetan pertanyaan yang pada akhirnya ditanyakan balik, ia mengusap lehernya yang tidak dingin. Dia kembali menunduk, jika sudah begini artinya Naomi sudah tidak ingin tahu lagi dengan semua, hanya saja menunggu ucapan apapun untuk mengakhiri percakapan tengah malam ini. Sesuai budayanya, ia sangat sopan meskipun pada praktiknya dia tidak bisa melakukan senyum supaya terlihat sedikit manis, oh bukan manis tapi supaya terlihat lebih ramah. Bukan begitu? 

"Baiklah Naomi, saya sedang memeriksa sebuah barang yang mungkin bisa tertinggal di TKP dan aku menemukan ini! Sebuah card acces kamar empat puluh empat. Menurutmu? Apa aku harus menyerahkan ini kepadamu? Atau memakai kartu akses ini untuk masuk ke kamarnya dulu?"

Lihat selengkapnya