Lab, komputer. Leonardo Petrov bukan anak IPA akselarasi. Tepatnya tidak sekelas dengan Kimberly Bernadette, kekasihnya. Dia jurusan komputer dan jaringan.
Lelaki tampan berkulit pucat itu memandangi jeli komputernya. Ia tampak tegang sekarang. Dia harus memeriksa sekitar hampir seribu Cctv. Kamera pengawas yang ketat tidak menjamin keamanan yang tepat juga rupanya. Ini jauh lebih sulit daripada pekerjaan Naomi. Bukan masalah analisisnya, tetapi time-nya bagaimana mungkin dua pasang netra melihat hampir seribu Cctv yang merekam 3 hari atau bahkan harus meneliti sebelumnya. Sementara lihat pembunuh itu bahkan sudah melakukan aksi kedua sebelum Leon menemukan satu saja titik terang di kasus pertama.
Dia jelas tahu bahwa tugasnya adalah mencari TKP pertama, di kasus pertama yang belum terpecahkan. Dan sekarang harus memecahkan kasus kedua. Asrama Guru putri Lt. 10 no 44.
Dia tercengang melihat gadis yang berada di sana tepat pukul 08.00 Pm. Satu jam sebelum lelaki jurusan komputer dan jaringan bersamanya melangkah menuju halaman sekolah. Dan menyaksikan seseorang tak jauh darinya.
Yap! Dia Kimberley Bernadette, kekasih Leonardo Petrov berada di lokasi satu jam sebelum tragedi itu terjadi. Gadis berambut cokelat itu tampak mondar-mandir menggenggam ponselnya. Melihat sisi kanan dan kiri penuh kehati-hatian. Hingga lagi-lagi kamera blank dan tidak merekam apapun selama 15 menit. Sial!
Leon mengepalkan tangannya dan memukul-mukulkan ke dagunya. Sebenarnya ada beberapa hal ganjil yang memang terkait kekasihnya dengan kasus pembunuhan.
Pertama kekasih Kimberly telah diberinya akses apapun, dalam artian Kim adalah mata kedua darinya, duplikat tubuhnya. Dan kecurangan dari Leon adalah membersihkan seluruh bukti yang dapat mengarah bahwa yang melakukan adalah Kimberly, termasuk kasus penghinaan Kim yang dilakukan oleh guru matematika di depan kelas dengan menunjukkan jari-jarinya di depan muka Kim diikuti dengan ejekan sadis yang membuat Kim menangis hari itu.
Lelaki berdarah Rusia itu lantas berfikir bahwa ini menjadi motif terkuat yang dapat menjerat Kim sebagai pelakunya. Jari-jari? Pikir Leon, dan lidah rupanya. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya.
Anak Pemilik sekolah itu tentu sangat terpukul melihat pengulangan Video itu. Dia sangat mencintai Kimberly dan jelas tak rela jika kekasihnya mendapat perlakuan tidak manusiawi dari seorang yang bekerja di tempatnya, jika saja dia mengetahui lebih awal mungkin dia akan memecat guru itu didepan seluruh anggota intelligent high school memalukannya dengan cara yang sama seperti yang dia lakukan terhadap kekasihnya. Atau justru, dia mungkin akan menyatakan bahwa Mrs. Nelson pantas berakhir dengan tragis seperti ini dia perlu menjaga jari dan lidahnya.
Dan dikasus selanjutnya pun sama, ruang guru Angeline Rose pukul 09.00 Kimberly berdiri bersama Naomi lalu mendapatkan tamparan keras dari guru fisikanya. Begitukah, seorang guru fisika yang kemudian berani melakukan praktek dengan kekerasan fisik?
"Bodoh! Dasar Jalang, Sialan! Brengsek!"
Kali ini wajahnya memerah, seluruh ototnya menegang, terlihat jelas di bagian lehernya.
Seluruh anggota intelligent high school sepertinya memiliki sifat yang sama. Memiliki topeng pendiam namun berhati serigala dan bertingkah seperti macan di ruang yang berbeda. Lihat! Leon membanting seluruh komputernya. Dia kalut dengan teka-teki yang tidak ingin ia selesaikan untuk menemukan pembunuh seseorang yang telah melukai kekasihnya. Bahkan lelaki berwajah pucat itu akan melakukan hal serupa yang dilakukan pembunuh. Tangan yang telah menampar pipi lembut yang biasa diciumnya benar-benar harus merasakan sakit saat digores sebuah benda tajam membentuk kata Leyl. Dan tangannya yang berani terangkat itu pada akhirnya harus menahan kesakitan saat bahkan tidak bisa diturunkan di ketinggian sana.
Leon tertawa puas. Menggema di ruang kosong yang hanya terisi komputer yang kini hancur di hadapannya. Kemudian terkekeh dan merintih hingga menitih bulir air mata dari sudut matanya. Ia bersipu, perlahan lalu memeluk kakinya erat. Ia meraih ponselnya. Lalu mengirim pesan singkat!
Selang beberapa menit setelah Leon kini terjatuh di lantai, meringkuk kedinginan. Pintu terbuka, dan memunculkan sosok Naomi di sana!
Gadis yang memakai Jaz lab itu berlari, segera membangunkan lelaki yang kini tak berdaya di lantai. Memeluknya, lalu mencoba membantunya untuk duduk dan menyandar pada tembok di sampingnya. Ia juga memberikan sebuah obat lengkap dengan sebotol air mineral yang ia suguhkan padanya.
"Aku mencintai, Kim. Nao, Aku sangat mencintainya. Mencintainya, Kimberly Bernadette."
Gadis berambut hitam itu kini duduk di sampingnya, memandang lurus ke depan tanpa melihat lelaki yang sekarat di sampingnya. Air bening menetes di balik kacamata kotaknya.