Bab 2: Hari yang Mengalir Pergi
Subuh belum sepenuhnya mengangkat tirainya saat Yadi memarkir motornya di depan rumah kecil peninggalan neneknya.
Roda tua menggeram berat melewati jalan tanah becek, membelah kabut tipis yang masih bergelayut rendah di atas rawa.
Di punggung motornya, tertutup selimut lusuh, tubuh mungil itu bersandar, android yang baru saja ia bawa pulang.
Di satu tangan, Yadi menggenggam docking port tua dengan kabel menguning; di tangan lain, buku panduan setebal bantal, penuh huruf Jepang dan bahasa teknis asing.
Dengan hati-hati, ia menurunkan tubuh android itu, membawanya perlahan melewati anak tangga menuju ke dalam rumah kayu kecil.
Kayu-kayu tua berderit di bawah pijakannya, bersahut-sahutan dengan napas embun subuh.
Di kamar kecilnya, ia membaringkan android itu di atas tikar pandan usang.
Mata android itu tetap tertutup rapat, tubuhnya diam seperti patung yang tertidur dalam kedalaman waktu.
Yadi menatap panel kecil di sisi kepala android itu.
Ia menekan beberapa tombol kecil, tapi tak ada reaksi.
Ia mendecih pelan, membuka buku panduan lusuh itu, membalik halaman demi halaman.
> "First-time activation requires minimal continuous current 220V with stable grounding..."
Kening Yadi berkerut membaca bahasa teknis yang asing.
Namun matanya menangkap keterangan lain:
> "Gunakan dock station kompatibel. Hindari start langsung tanpa siklus pra-pengisian."
Ia menatap docking port di tangannya, lalu melirik ke gudang kecil di samping rumah.
Di sana, tertutup debu dan sarang laba-laba, teronggok sebuah generator tua peninggalan ayahnya.
Dengan gerakan pelan, Yadi menarik keluar generator itu.
Ia menuangkan sisa bensin dari motor bututnya ke dalam jeriken kecil, lalu menarik starternya berulang kali.
Setelah batuk berat, mesin itu hidup mengisi udara pagi dengan dengung rendah yang stabil.
Yadi menyambungkan docking port ke soket kecil di belakang telinga android itu.
Lampu mungil di pelipis android berkedip hijau, lemah, nyaris malu-malu.
Ia menghela napas panjang, setengah lega.
Dalam diam, Yadi memperbaiki senter kecil yang sempat mati.
Memasang baterai baru, mengetuk-ketuk bodinya.
Namun senter itu tetap tidak mau menyala.
Ia menghela napas pendek, meninggalkan senter itu di sudut kamar.
Sambil mengenakan jaket tipis, Yadi melangkah keluar.
Danau memanggil.
Pagi memanggil.
Ia tak melihat, di dalam kamar itu...
lampu kecil di pelipis android itu mulai berkedip sedikit lebih terang.