Bab 12 – Di Bawah Langit yang Diam
[DAY 42/XX]
Malam setelah lelah panjang bulan puasa turun seperti selimut basah.
Angin membawa aroma tanah basah, suara jangkrik merambat di antara pohon-pohon kelapa di kejauhan.
Kami duduk di pinggir danau, di atas pasir dingin yang masih menyimpan sisa-sisa panas siang tadi.
Aku mengelus lututku, membiarkan hening mengendap di antara kami.
Langit bertabur bintang, seakan dunia lupa bahwa waktu terus berjalan.
Lia duduk di sampingku, kedua tangannya memeluk lutut, matanya terangkat ke langit malam yang bertabur cahaya.