Bab 14: “Makhluk Kecil dan Gambar Diam”
[DAY 44/XX]:
Pagi datang dengan malas. Kabut belum sepenuhnya naik dari tanah, menggantung di antara batang pisang dan suara air yang memanggil dari kejauhan. Bau tanah basah menyusup pelan ke dalam rumah kayu itu… bekas hujan semalam masih terasa di papan teras yang dingin saat diinjak.
Yadi duduk di ambang pintu, satu kaki menggantung, satu lagi berselonjor, menggenggam cangkir teh yang tak lagi mengepul. Tatapannya kosong ke arah batang pinang yang digerayangi embun.
Lia berdiri di dapur, diam, seperti biasa, hingga ia menoleh pelan.
“Tuan...”
“Hmm?”
“Ada suara. Kecil. Dari luar.”
Yadi menyipitkan mata, lalu berdiri. Suara itu muncul lagi. Pelan, serak.
"Meong."
Di balik semak basah yang tumbuh liar di sudut pekarangan, muncullah seekor anak kucing. Abu-abu kelam. Tubuhnya kecil dan agak kotor, ekornya menggulung lemas.
Lia jongkok, tak banyak bicara. Tangannya terulur kaku, ragu-ragu.
Kucing itu tidak takut. Ia mendekat, mengendus, lalu menggulung di antara kaki Lia seolah sudah biasa bertemu dengannya.
Yadi diam sebentar, lalu gumam kecil keluar dari bibirnya yang kering.
“Kalau dia nyaman, biarin aja. Mungkin dia juga lagi cari rumah.”