Liana Casablanca

Ariya Gesang
Chapter #12

Pisau di Genggaman

“Gue lupa,” kata Liana kepada Dimas. Mereka berdua berada di gerobak roti bakar di depan pagar rumah, Liana duduk di kursi, sedangkan Dimas berdiri dan sibuk membuatkan pesanan. “Buku gambar gue habis, besok ada pelajaran Seni.”

“Jadi lo mau keluar sekarang juga?” tanya Dimas, ia melelehkan mentega ke wajan datar yang besar.

“Iya, habis itu gue bantuin lo lagi.”

“Satunya keju sama cokelat ya, Bang,” potong seorang wanita pembeli, ia melepas helm dan duduk di kursi.

“Oke, Bu,” sahut Dimas. “Ya sudah,” lanjut Dimas menatap Liana. “Jangan lama-lama.”

“Iya.” Liana mengangguk. “Gue sekalian mau beli nasi goreng, lo mau?”

“Boleh,” jawab Dimas, ia membuka laci dan memilah lembaran rupiah. “Nih, duitnya.”

“Nggak usah,” ucap Liana. “Pakai duit gue aja, ntar gampang gantian.”

“Oh, gitu. Ya udah, hati-hati.” Dimas menutup lacinya lagi dan Liana meninggalkan gerobak.

***


Setelah membeli buku gambar dan dua bungkus nasi goreng, Liana menghentikan sepedanya di sebelah pos satpam yang kosong dan gelap. Ada tiga ruko di sebelah selatan. Ia diam mengamati satu-satunya ruko yang masih buka di tempat ini—Warung Barokah. Tampaklah Cindy sedang menghitung uang di dalam sana, sendirian. Jadi ini rukonya, batin Liana. Dari sini ia bisa melihat karung-karung beras, telur, dan sembako lainnya yang ada di dalam ruko itu. Liana tidak akan membunuhnya sekarang, tujuan Liana saat ini hanyalah memantau keadaaannya.

Uhuk uhuk!” Liana mendengar batuk seseorang di dekatnya, ia menemukan wanita yang tidur beralaskan kardus di dalam pos satpam. Wanita itu duduk, lalu mengambil batang rokok yang tersisa separuh. Ia menyalakannya lagi dan bersandar di tembok, matanya langsung menemukan keberadaan Liana.

“Bu, kok tidur di sini?” tanya Liana.

“Saya nggak punya ongkos pulang, Neng,” jawab wanita itu parau, kulitnya hitam oleh debu. Rambutnya panjang kusut, dan daster yang dikenakannya menguarkan bau kecut. Liana memiliki gagasan bahwa wanita itu belum sempat membersihkan diri, bahkan mungkin makan.

“Rumah Ibu di mana?”

“Semarang.” Wanita itu mengembuskan asap rokok.

Lihat selengkapnya