Liberasi Simpul

S_hayati
Chapter #4

Sapuan Empat ; Mahasiswa kupu-kupu 🦋

Kilap Rawi melepaskan energi panas yang besar, membuat pagi meski baru jam 7 pagi sudah terasa teramat terik, seolah sudah merangkak pada tengah hari, jam 12 siang. Kening dan pelipis mata berpeluh keringat saking panasnya.

Suasana kampus, seperti biasa, tenang. Tetapi, ketenanganku seakan tak bertahan lama, sebab seseorang paling tak ku suka hadir.

"Masih sepi ya ternyata," Seru Faeyza.

Aku selalu berharap, tidak perlu terlalu berurusan dengannya selama perkuliahan. Nyatanya, dia komting, dan pastinya akan terus bersinggungan dengannya dalam segala hal. Termasuk hari ini, entah kenapa dia datang ke kampus pagi sekali.

Aku balas saja dengan senyum tanggung. Ku pikir dia tidak akan lanjut bertanya, namun ia malahan duduk di sampingku, berjarak hanya beberapa senti saja.

"Rumahmu dekat ya, datangnya cepat banget."

Justru karena jauh, makanya datang lebih cepat, kalau dekat di sekitar sini, mending datang lima belas menit sebelum kelas. Niatku menjawab seperti itu, tetapi aku tak bernyali, lebih tepatnya malas meladeni, cuma mampu berdehem kecil.

"Gitu doang jawabnya? nampak banget gak mau ngobrol. "

"Nah itu tahu, pakai nanya segala," batinku. "Pergilah, enggak usah duduk di sini, perasaan masih banyak bangku kosong." Kulirik dia dari ujung mata, berharap benar-benar pindah tempat duduk.

Beberapa menit dibiarkan kosong tanpa pembicaraan, aku sedikit lega, Indira datang menghampiri kami, ia melempar senyum, lalu duduk di samping Faeyza.

"Syukurlah, ada Indira, jadi aku enggak perlu menimpali Faeyza, canggung banget kalau cuma ada kami berdua," pikirku.

Faeyza dan Indira berbincang dengan seru soal film yang mereka tonton semalam, daripada mendengarkan percakapan mereka, aku berniat membuka buku diktat mata kuliah Landasan Pendidikan. 

Satu-satu mahasiswa memadati pendopo, suasana kampus berubah ramai, bahkan lebih dari sekedar ramai. Semenit kemudian, Semua adik kelas mengalihkan pandang ke Kak Ardian yang datang bersama tujuh orang lain dibelakangnya, persis ketua geng. Mereka saling bercanda, melepas tawa riang.

Bagi mahasiswa baru, melihat kakak tingkat yang pernah mereka kenal di masa ospek, wajib hukumnya menyapa, maka dengan serempak semua adik kelas menyambut mereka dengan kalimat, "Pagi kak."

Aku teringat ucapan Kak Ardian semalam, kalau bertemu dengannya harus menyapa. Maka kuberanikan juga menegurnya. Anggukan kepala ragu-ragu ketika mata kami bertemu. Di situasi ini, aku hanya ingin dia balas sekedarnya saja, tapi sambutan Kak Ardian membuatku tak menyangka.

"Eh, Elfrea, selamat pagi." Semua orang di pendopo otomatis terpaku, termasuk teman-teman Kak Ardian, dan pastinya Faeyza juga Indira melihat ke arahku dengan ekspresi heran.

Aku tersenyum tanggung dan bergumam dalam hati, "Duh kayaknya berlebihan deh."

"Pagi kak," Balasku canggung, biar tidak disangka sombong.

Teman-teman Kak Ardian menggodanya, menyebut kami ada hubungan. Tetapi untungnya cuma ditanggapi Kak Ardian seadanya saja. Mereka pun duduk di bangku panjang sembari berbincang. Tidak tertarik menjadikanku dalam topik perbincangan mereka.

"Eh kamu sama Kak Ardian saling kenal?" tanya Indira penasaran.

"E-ngga kok, kenal secara kebetulan aja."

"Maksudnya?" Indira makin ingin tahu.

"Ehmm ..." Aku pura-pura melihat jam tanganku. "U-udah jam segini masuk kelas yuk." Aku malas meladeni lebih jauh, lagipula aku punya hak untuk tidak menjawab pertanyaan itu kan.

°°°°

Kuliah hari ini, masih sama seperti kemarin, aku bermetamorfosis sebagai Mahasiswa kupu-kupu, kuliah pulang-kuliah pulang. Bukan tanpa alasan, aku belum dapat teman sefrekuensi yang nyaman bisa kuajak ngobrol, penting bagiku, mencari teman harus mampu membuatku tak merasa tertekan dengan mereka meski sekedar berbincang. Tetapi sebab yang lebih jelasnya, aku harus pulang lebih awal membantu ibu berjualan. Nongkrong setelah pulang kuliah, membuatku merasa bersalah pada ibu, tidak mungkin saat dia kelelahan mencari uang demi kuliahku, sementara aku menghambur waktu foya-foya.

Oleh karena itu pula, aku memutuskan untuk tidak ikut serta dalam kegiatan organisasi kampus apapun. Berorganisasi artinya kamu harus mengabdikan seluruh dirimu untuk semua kegiatan kampus. Belom lagi datang saatnya festival kampus, perayaan hari besar seperti ulang tahun kampus, dan lain-lain. Kamu akan menghabiskan banyak waktu untuk itu. Bayangkan saja, seharusnya aku bisa membantu ibu di rumah atau mengajar les dan menghasilkan uang tambahan, malah habis untuk kegiatan internal di kampus.

Lihat selengkapnya