Liberated

Chocola
Chapter #2

Pernikahan Ditunda

Dhitya berkali-kali mengecek jam tangan dan ponselnya. Cemas karena tunangannya tak kunjung datang. Agni tidak ingin dijemput, sehingga laki-laki itu hanya bisa menunggu di Bonjour kafe dengan perasaan campur aduk. Kadang Dhitya ingin Agni bisa bersandar padanya, meminta bantuan saat gadis itu membutuhkan. Dhitya kadang merasa belum sepenuhnya mendapat kepercayaan Agni karena gadis itu selalu memilih untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Oke, menyelesaikan masalah sendiri memang sudah jadi kewajiban tiap manusia. Di satu sisi Dhitya sangat bangga karena Agni begitu mandiri. Tapi, apakah salah jika dia ingin Agni sedikit berbagi kegundahannya pada Dhitya yang sebentar lagi akan jadi partner hidupnya? Dhitya rasa tidak. Wajar jika dia merasa kecewa.

“Maaf, Mas. Sudah memutuskan mau pesan apa?” Seorang pramusaji kembali menghampiri meja Dhitya. Terhitung sudah dua kali pramusaji tersebut mendatangi mejanya. Merasa tidak enak, akhirnya Dhitya membolak-balik menu kembali. Memutuskan untuk memesan minuman terlebih dahulu.

“Saya pesan strawberry milkshake sama virgin mojito ya, Mas. Makanannya nanti kalau cewek saya udah dateng,” jawab Dhitya.

“Baik, Mas.” Setelah mencatat pesanan Dhitya, akhirnya si pramusaji beranjak pergi.

Tak lama setelah itu ekor mata Dhitya menangkap sosok Agni yang masuk dari arah pintu utama. Dhitya segera mengangkat tangan agar Agni menghampiri mejanya.

Sorry, aku ketiduran,” buka Agni sambil menggeser kursi agar bisa dia duduki. Menembus kemacetan lalu lintas Jakarta-Bogor kemarin membuat Agni cukup kelelahan, bukan hanya fisik melainkan mentalnya juga.

No problem, nungguin kamu selalu menyenangkan, kok,” ujar Dhitya. Tidak ada nada sarkastik sama sama sekali, ucapan Dhitya terdengar tulus.

Agni tersenyum tipis. Dhitya memang pandai membuat suasana hatinya membaik. 

“Aku tadi pesenin kamu strawberry milkshake. Kalau makan sih belom. Mau pesen sekarang?” Dhitya menyodorkan buku menu pada tunangannya.

Agni menggeleng. “Aku nggak laper.” Tentu saja, siapa yang bernafsu makan saat keluarganya sedang ditimpa masalah?

Lihat selengkapnya