Pertempuran Antara Leona dan kawan² melawan Musuhnya semakin Sulit. Mereka Kalah Jumlah, Kalah Tenaga, Kalah Senjata, kalah segalanya.
Tapi mereka tidak mau Menyerah. Tidak, Dan Tidak akan pernah.
Orang orang itu Semakin banyak, bahkan diantara mereka, Banyak sekali yang membawa Senjata. Leona dan Yang Lainnya sudah banyak Terluka. Tapi mereka tidak bisa Kabur. Sekarang mereka sedang bersembunyi sementara di Tumpukan Bebatuan.
"Kalian gak papa kan?! Ada yang luka parah?! Gw bawa Obat, Sini!" Leona menarik satu persatu temannya, Lalu mengobatinya. Tak lupa, dia mengobati dirinya sendiri.
"Jadi, Gimana?" Nafas Iqbal tersenggal, Tetapi dia masih belum menyerah.
"Kalian liat ketua mereka?" Bukan Leona, Tapi Arina yang Berkata.
"Ada kalung yang isinya permata di lehernya. Mungkin, itu kuncinya!" Arina berseru pelan, Dia bahkan Hampir kehabisan Nafas.
"Serius lo?" Gissel memastikan. Suaranya bahkan sudah tidak begitu terdengar. Tenggorokannya sangat sakit akibat terus berteriak.
Arina mengangguk Mantap. "Kita harus dapetin Permatanya, Selama masih ada permata, Mereka bakalan tambah kuat!"
Mereka Kembali Berdiri, dipimpin Oleh Leona. Mereka membagi Tim menjadi 3, Mungkin akan kalah jumlah, Tapi jika terbagi 3, Itu memungkinkan mereka menyerang ke Segala Arah.
Leona mengangguk, Mereka semua langsung berlari ke arah Orang Orang itu. Menyerang Ke segala arah Dan Berlari Sekuat tenaga.
Akhirnya, Leona berhasil mendekati 'Ketua' Orang Orang tersebut, Dia melompat, Dan menarik kalung tersebut dari Leher 'Ketua'.
Ternyata, Leona kehilangan Keseimbangan. Kakinya Terantuk sebuah batu, Lantas Berteriak "ARINA! AMBIL! KASIH IQBAL!" Leona melempar Kalung Tersebut, Leona menangkapnya dengan Lincah, Lalu segera melemparnya Ke Iqbal.
Tentu, Semua 'Orang itu' Dan Ketuanya berteriak Marah. Leona, Angga, dan Radit pun menghalangi mereka Mengejar Iqbal, Arina dan Gissel.
.
Disatu Sisi,