Liburan Bersama The Corrs di Indonesia!

Shabrina Farha Nisa
Chapter #26

Benteng Belgica Banda Neira dan Parfum Pala-Cengkeh Aneh Caroline

Perjalanan menuju Kepulauan Banda di Maluku Tengah terasa seperti melakukan perjalanan waktu. Setelah kenyamanan pesawat kepresidenan yang membawa mereka dari Sumatra Utara ke Ambon, perjalanan selanjutnya menuju Banda Neira terasa lebih 'petualangan'. Mereka menaiki pesawat perintis yang lebih kecil, terbang rendah di atas lautan biru kehijauan yang dihiasi gugusan pulau-pulau vulkanik kecil yang tampak seperti zamrud tercecer.

"Rasanya seperti kita terbang menuju ujung dunia," bisik Sharon pada Andrea, matanya tak lepas dari jendela pesawat.

"Ujung dunia yang semoga ada sinyal Wi-Fi-nya," timpal Andrea, sedikit cemas membayangkan terisolasi dari peradaban (dan media sosial).

Begitu pesawat kecil itu mendarat di landasan pacu sederhana Bandara Banda Neira, mereka langsung disambut oleh udara laut yang hangat dan aroma khas yang samar namun terasa begitu kuat: campuran wangi manis pala dan cengkeh yang terbawa angin. Kota kecil Banda Neira sendiri tampak begitu tenang dan memesona. Bangunan-bangunan kolonial tua peninggalan Belanda berdiri anggun di sepanjang jalanan sempit, seolah membeku dalam sejarah.

Penginapan mereka adalah sebuah guesthouse bersejarah yang sudah direnovasi dengan cantik, dulunya mungkin bekas kediaman pejabat Belanda, dengan taman rimbun yang dipenuhi pohon pala dan kenari.

"Tempat ini punya... aura yang berbeda," kata Jim sambil mengamati arsitektur guesthouse. "Aku bisa merasakan lapisan-lapisan sejarah di dinding-dinding ini. Kisah tentang kejayaan rempah, kolonialisme, perbudakan, pemberontakan..."

"Jim, bisakah kita simpan kuliah sejarahnya setelah kita minum es kelapa muda dulu?" potong Caroline, yang sudah kepanasan setelah turun dari pesawat.

Agenda pertama mereka di Banda Neira adalah menjelajahi ikon pulau ini: Benteng Belgica. Benteng peninggalan Belanda abad ke-17 yang berbentuk pentagon ini berdiri kokoh di atas sebuah bukit kecil, menghadap ke arah pelabuhan dan Gunung Api Banda yang menjulang anggun di seberang lautan.

Mereka menaiki tangga batu menuju puncak benteng. Dari atas bastion, pemandangannya sungguh luar biasa. Lautan biru sejauh mata memandang, pulau-pulau hijau kecil di sekitarnya, dan Gunung Api Banda yang gagah.

"Ini pemandangan terindah yang pernah kulihat selama perjalanan ini!" seru Andrea, lupa sejenak pada kekhawatirannya soal sinyal Wi-Fi. Ia langsung sibuk ber-selfie dengan latar belakang Gunung Api Banda.

Lihat selengkapnya