Hari kedua puluh empat di Samosir menyajikan pemandangan Danau Toba yang begitu jernih dan tenang di pagi hari. Kabut tipis yang tadi malam menyelimuti danau sudah sirna, digantikan oleh birunya langit Sumatra Utara yang cerah dan pantulan sinar matahari di permukaan air danau yang luas tak bertepi. Udara terasa segar dan sedikit sejuk, sempurna untuk memulai hari.
Setelah sarapan Mie Gomak (yang membuat Caroline bertanya apakah ini spaghetti versi Batak) dan kopi Sidikalang yang mantap (Jim langsung mencatat profil rasanya untuk dibandingkan dengan kopi Gayo yang pernah ia coba), Nisa merasakan sebuah keinginan langka: sedikit waktu berdua saja dengan Reza.
Selama tiga minggu lebih perjalanan ini, meskipun sangat menyenangkan dan penuh tawa bersama The Corrs, momen privat mereka sebagai pasangan memang nyaris tidak ada. Selalu ada jadwal, selalu ada rombongan, selalu ada Paspampres (meskipun menjaga jarak), dan tentu saja, selalu ada Alex yang siap dengan kamera atau drone-nya.
"Mas," bisik Nisa pada Reza saat mereka sedang bersantai sejenak di balkon kamar menghadap danau, sementara The Corrs lainnya sedang asyik mencoba bermain catur Batak dengan Alex (yang lebih banyak kalahnya karena terus diganggu Caroline). "Aku lihat di brosur resort ini ada fasilitas kayak. Bagaimana kalau kita coba sebentar? Berdua saja?"
Reza menoleh, senyum langsung terkembang di wajahnya. Ia tahu persis apa yang diinginkan istrinya. Momen tenang, jauh dari keramaian, hanya mereka berdua di tengah keindahan Danau Toba. Sebuah kemewahan yang sangat mereka rindukan. "Ide bagus sekali, Sayang," jawabnya lembut, menggenggam tangan Nisa. "Sudah lama sekali kita tidak melakukan sesuatu yang sedikit... romantis begini."
Mereka pun diam-diam (atau setidaknya berusaha terlihat tidak mencolok) meminta izin pada tim keamanan dan menyiapkan dua kayak single berwarna cerah. Nisa memastikan ponselnya dalam mode senyap dan tidak membawa map pekerjaan apapun. Reza meninggalkan semua urusan bisnisnya di kamar. Ini adalah waktu mereka.
Mendayung kayak di perairan Danau Toba yang tenang ternyata lebih mudah dari yang dibayangkan. Airnya jernih, anginnya sepoi-sepoi. Mereka mendayung perlahan menjauh dari tepi resort, menuju bagian danau yang lebih sepi, hanya diiringi suara percikan air dari dayung.
"Indah sekali ya, Mas," kata Nisa lirih, menghentikan dayungannya sejenak, membiarkan kayak-nya mengapung tenang. Ia memejamkan mata, merasakan hangatnya sinar matahari pagi dan kedamaian yang menyelimuti.
"Sangat indah," sahut Reza, ikut berhenti mendayung di dekat Nisa. Ia tidak memandangi pemandangan danau, tapi memandangi wajah Nisa yang tampak begitu damai dan bahagia, bebas dari kerutan dahi karena memikirkan negara. "Tapi tidak seindah kamu saat tersenyum lepas begini."