Liburan Bersama The Corrs di Indonesia!

Shabrina Farha Nisa
Chapter #22

Ujian Menyumpit: Sumpit Caroline Nyangkut di Topi Pak Kades, Nisa Menang Banyak (Diam-diam)

Pagi hari kedua puluh satu di Kalimantan terasa lebih santai. Setelah dua hari berturut-turut diisi dengan aktivitas budaya yang cukup menguras energi (dan sedikit menguras kesabaran instruktur tari Dayak), Nisa memutuskan hari ini agendanya lebih ringan, fokus pada istirahat, refleksi, dan satu lagi pengenalan budaya yang unik: belajar menggunakan sumpit atau sumpitan, senjata tiup tradisional Suku Dayak.

Kegiatan ini diadakan di lapangan terbuka di belakang rumah adat. Beberapa pemuda Dayak yang ahli menggunakan sumpit sudah bersiap, membawa beberapa batang sumpit panjang yang terbuat dari kayu ulin atau bambu pilihan, serta anak sumpit (damek) kecil berujung runcing (tentu saja ujungnya tidak beracun untuk latihan ini!). Sebuah target sederhana berupa lingkaran dari anyaman rotan sudah dipasang di jarak yang cukup aman.

"Nah, ini adalah sumpit," jelas seorang pemandu lokal sambil memperagakan cara memegang senjata tiup panjang itu. "Dulu digunakan oleh leluhur kami untuk berburu binatang kecil di hutan atau bahkan untuk berperang. Butuh paru-paru kuat, fokus mata yang tajam, dan teknik meniup yang benar agar damek bisa melesat lurus dan mengenai sasaran."

Pemandu itu lalu mengambil satu damek, memasukkannya ke ujung sumpit, mengambil napas dalam, membidik, lalu meniup dengan cepat dan kuat. Fyuuut! Anak sumpit melesat lurus dan menancap tepat di tengah lingkaran target.

"Wow!" seru The Corrs hampir bersamaan, terkesan.

"Kelihatannya mudah, tapi coba saja sendiri," kata pemandu itu sambil tersenyum, menyerahkan beberapa sumpit pada mereka.

Reza dan Alex adalah yang pertama mencoba. Hasilnya? Lumayan... untuk Reza. Anak sumpit Alex lebih parah, hanya terbang beberapa meter lalu jatuh ke tanah. "Paru-paruku kurang terlatih kayaknya, Pa, kebanyakan main game!" keluh Alex sambil terengah-engah.

Lalu giliran The Corrs. Sharon, dengan ketenangannya, mencoba dengan hati-hati. Ia berkonsentrasi, meniup dengan lembut tapi fokus. Hasilnya? Cukup bagus! Anak sumpitan menancap di pinggir lingkaran target. "Tidak buruk untuk percobaan pertama!" katanya puas.

Jim, sebelum mencoba, tentu saja harus menganalisis dulu. "Jadi, ini adalah aplikasi praktis dari hukum Bernoulli tentang tekanan fluida dan prinsip dasar balistik proyektil. Kekuatan tiupan akan menentukan kecepatan awal damek, sementara sudut elevasi dan gravitasi akan mempengaruhi lintasannya. Menarik." Setelah puas berteori, ia mencoba meniup. Fyuuut! Anak sumpitan melesat... lurus ke atas lalu jatuh kembali beberapa meter di depannya. "Hmm, sepertinya perhitungan sudut elevasiku sedikit keliru," gumamnya tanpa merasa malu.

Andrea? Dia agak takut mencoba. "Ini... ujungnya benar-benar tidak beracun, kan? Nanti kalau aku salah tiup malah kena kakiku sendiri bagaimana?" tanyanya cemas. Setelah diyakinkan berkali-kali oleh Nisa bahwa damek latihan itu aman, ia akhirnya mencoba. Ia menutup sebelah matanya, membidik sekenanya, lalu meniup sekuat tenaga sambil memejamkan mata karena takut. Fyuuuuuut! Anak sumpitan melesat tak tentu arah, terbang melewati target, dan... nyaris mengenai seekor ayam yang sedang santai mencari makan di dekat situ. Ayam itu langsung berlari kocar-kacir. "Ups! Maaf ya, Ayam! Aku pikir kau target!" pekik Andrea.

Tibalah giliran Caroline. Dengan semangat kompetitifnya yang kembali muncul (mungkin ingin menebus 'kegagalan' saat menari dan insiden sunburn), ia mengambil sumpit dengan gaya seorang rockstar memegang gitar. Ia membidik target dengan satu mata menyipit, lalu mengambil napas dalam-dalam seperti akan berteriak di konser. Saat ia meniup, tenaganya luar biasa besar!

Lihat selengkapnya