Matahari pagi Labuan Bajo menyambut rombongan dengan kehangatan yang bersahabat saat mereka menikmati sarapan di dek kapal pinisi yang bergoyang lembut. Trauma Andrea terhadap komodo sudah sedikit mereda (meskipun ia masih sesekali melirik waspada ke arah daratan terdekat), dan Jim tampaknya sudah beralih dari teori DNA purba komodo ke topik baru: formasi geologis pulau-pulau karst di sekitar Flores.
"Agenda kita hari ini sedikit berbeda," umum Nisa sambil menyeruput kopi Flores paginya. "Kita akan meninggalkan sejenak keindahan laut dan menjelajahi keajaiban darat Flores. Kita akan mengunjungi Gua Batu Cermin!"
"Gua? Batu Cermin?" ulang Caroline, alisnya terangkat. "Asiiik! Apakah di dalamnya ada cermin ajaib seperti di cerita Putri Salju?"
Nisa tertawa kecil. "Bukan cermin ajaib, Caroline. Tapi konon katanya, dinding batu di dalam gua ini bisa memantulkan cahaya matahari seperti cermin saat terkena sinar di waktu tertentu. Selain itu, gua ini juga punya stalaktit dan stalagmit yang indah, dan tentu saja... penghuni asli gua."
"Penghuni asli?" tanya Andrea curiga. "Maksudmu... laba-laba raksasa? Ular piton? Atau... komodo versi mini yang hidup di gua?"
"Lebih ke... kelelawar," jawab Reza santai, yang langsung membuat wajah Andrea dan Caroline sedikit berubah.
"Kelelawar?! Vampire bats?! Demi Tuhan!" pekik Andrea.
"Bukan vampir, Andrea," Nisa menenangkan. "Kelelawar biasa, pemakan buah atau serangga. Mereka tidak berbahaya, hanya... mungkin sedikit berisik dan aromanya khas."
Perjalanan menuju Gua Batu Cermin dari pelabuhan Labuan Bajo tidak terlalu jauh. Gua ini terletak di tengah perbukitan kapur yang kering. Begitu tiba di mulut gua yang cukup besar, hawa dingin dan lembap langsung terasa kontras dengan udara luar yang panas. Beberapa pemandu lokal sudah menunggu, membawa senter dan helm pengaman.
"Oke, semuanya pakai helm ya," instruksi Nisa. "Di dalam agak gelap dan langit-langitnya kadang rendah."
The Corrs memakai helm mereka dengan gaya masing-masing. Helm Jim sedikit kebesaran, membuatnya terlihat seperti ilmuwan gila yang siap melakukan eksperimen berbahaya. Helm Andrea dihiasi stiker bunga pink (entah dapat dari mana). Helm Caroline dipakainya sedikit miring ala rockstar. Helm Sharon paling pas dan rapi.
Memasuki gua, suasana langsung berubah drastis. Gelap, lembap, dengan suara tetesan air yang menggema samar. Sinar senter menyorot formasi batuan kapur yang aneh dan menakjubkan. Ada stalaktit yang menjuntai dari langit-langit seperti tirai batu raksasa, ada stalagmit yang tumbuh dari lantai gua seperti jamur purba. Di beberapa bagian, dinding batu tampak berkilauan saat terkena cahaya senter, memantulkan cahaya seperti ribuan kristal kecil – inilah mungkin asal nama Batu Cermin.