Hari kesepuluh menandai petualangan baru di Gili ketiga yang akan mereka singgahi: Gili Air. Setelah sarapan santai di bungalow Gili Meno (Caroline memastikan tidak ada suara kambing di sekitar sebelum berani keluar kamar), rombongan kembali naik speedboat untuk perjalanan singkat menuju Gili Air. Pulau ini terasa sedikit lebih ramai dibandingkan Meno, dengan lebih banyak kafe-kafe pantai yang stylish dan suasana yang lebih hidup, namun tetap mempertahankan pesona pulau kecil tanpa mobil.
"Nah, Gili Air ini terkenal dengan spot snorkeling-nya yang bagus dan relatif tenang, cocok untuk pemula," jelas Nisa saat mereka berjalan menuju area pantai tempat peralatan snorkeling sudah disiapkan. Ia sengaja melirik ke arah Jim dan Caroline saat mengucapkan kata "tenang" dan "pemula", mengingat drama bawah laut mereka sebelumnya.
Caroline tampak lebih percaya diri kali ini. "Tenang saja, Nisa! Aku sudah siap mental! Kemarin itu cuma kaget saja sama rumput laut yang mirip ular," katanya optimis.
Tapi Jim? Wajahnya sudah mulai pucat pasi hanya dengan melihat deretan masker dan snorkel. Bayangan "piranha" Nemo dari snorkeling perdana sepertinya masih menghantuinya.
"Apakah... apakah kita benar-benar harus melakukan ini lagi?" tanyanya pada Reza dengan suara sedikit bergetar. "Maksudku, bukankah keindahan laut itu lebih agung jika dinikmati dari kejauhan, dari atas perahu misalnya? Membiarkan ekosistemnya tidak terganggu oleh kehadiran kita... atau sebaliknya?"
Reza menepuk pundak Jim. "Ampun deh, Jim. Ini Gili Air, bukan Segitiga Bermuda. Ikannya ramah-ramah, kok. Dan lihat," Reza menunjuk ke tumpukan pelampung, "kita punya 'alat pengaman' spesial buatmu kali ini."
Di antara pelampung-pelampung oranye standar, terselip satu pelampung berbentuk... bebek kuning raksasa dengan kacamata hitam. Itu jelas ide Alex.
Wajah Jim semakin pias. "Aku... harus pakai... bebek itu?"
"Anggap saja itu kendaraan bawah air pribadimu, Om Jim! Dijamin anti-tenggelam dan anti-piranha! Anti-sengatan listrik mini dari Nemo juga!" seru Alex sambil menahan tawa.
Dengan bujukan (dan sedikit paksaan halus) dari Nisa dan yang lain, akhirnya Jim setuju untuk ikut snorkeling, tapi dengan syarat: ia pakai pelampung bebek itu, dan ia akan berada di dekat Reza atau Paspampres setiap saat.