"Bagaimana ini?" tanyaku dalam hati. Pikiranku berkecambuk, tak tahu apa yang harus ku lakukan. Tuhan, tolong berikan aku cara agar aku dapat menyelesaikan masalah ini dengan cepat.
Tiba-tiba, aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku meninggalkan ibu ku sendirian dan langsung bergegas mengambil kunci motor untuk pergi ke rumah sahabatku. Ifah. Saat ini, yang ku butuhkan adalah bantuannya untuk mengikuti kemana sebenernya sosok itu pergi. Sebelum jalan aku pun mengirim Line kepada Ifah.
"Fah, gue ke rumah lu ya. temenin gue ngikutin dia. gue mau tau kemana sebenernya dia pergi. Dia dan ibu gue tadi berantem lagi."
Beberapa menit kemudian sebelum ku pergi, Ifah membalas Line ku.
"Yaudah ayuk, gue rapi-rapi dulu ya. Biar langsung jalan, Semangat sobat!" balas Ifah.
Lumayan lega bisa menceritakan ceritaku kepada satu-satunya sahabat yang ku punya. Ia selalu ada saat ku senang maupun sedih. Meskipun kami sering bertengkar karena hal sepele, tapi itu tidak memutuskan persahabatan kami sampai kapanpun. Motorku pun langsung ku gas kerumah Ifah. Setelah sampai dirumahnya, Ifah sudah menunggu di teras sambil bermain hp.
"Ifah!! Siap kan buat temenin gua ngikutin dia? Gerah juga lamalama ngeliat tingkahnya yang semakin aneh. Mana tadi Ibu gue nangis gara-gara dia lagi. Gue gabisa terima." Jelasku panjang lebar.
"Iya gue temenin, gue juga gerah ngeliat gimana tertekannya elo, apalagi semenjak mereka berdua gak pernah akur lagi. Tapi tenang, gua akan selalu di samping lu kok." Jawabnya menenangkan.