Dewi bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas. Dewi tinggal bertiga bersama ayah kandungnya dan adik perempuannya yang masih sekolah, duduk di bangku SMP kelas tiga. Ayahnya Dewi tidak bekerja, ia hanya bermain judi bersama teman tetangganya dan mengojek.
Dewi menjadi tulang punggung dalam keluarga kecilnya. Ibunya Dewi telah tiada, semenjak Dewi masih duduk dibangku SMA. Dan Dewi sudah kehilangan ibu kandung yang disayanginya itu.
Dewi sebelum berangkat sekolah, ia menyempatkan waktunya untuk membeli gorengan ke warung dan dijual ke teman-teman sekolahnya pada jam istirahat.
Modal usaha yang di dapat Dewi ialah hasil dari ia menjuarai lomba bulu tangkis. Karena dari semenjak duduk di bangku SMP dulu, Dewi mengikuti kegiatan ekstra kurikuler: Paskibraka, Pramuka, dan Badminton. Hingga pada akhirnya, Dewi selalu di pilih oleh guru pelatih badminton untuk mengikuti perlombaan yang diadakan setiap enam bulan sekali.
Dewi pun, sempat memenangkan mendali emas tingkat kabupaten dan tingkat provinsi dari lomba bulu tangkis. Dari semenjak di bangku SMP, Dewi sudah jualan gorengan.
Dan dari hasil jualan gorengan itu, Dewi bisa menyekolahkan adiknya bernama Desi. Sedangkan ayahnya Dewi kegiatan sehari-harinya digunakan bermain berjudi dan mengojek.
Suatu hari ayahnya Dewi bertemu dengan duda juragan empang. Juragan itu adalah seorang duda yang memiliki sifat keras kepala serta haus akan harta dan wanita. Ayahnya Dewi sempat ditawarkan perjanjian dengan juragan empang itu, yang menginginkan Dewi untuk dijadikan istrinya dengan mahar 20 juta.
Ayahnya Dewi pun, langsung setuju dengan perjanjian juragan itu. Lalu, akhirnya bergegas pulang ke rumahnya dan disambut hangat oleh Dewi beserta adiknya bernama Desi.
Saat membuka pintu rumah, Dewi gembira melihat ayahnya pulang dan membukakan pintu masuk kepada ayahnya, "Ayah sudah pulang?" sambut Dewi dengan memberikan senyuman.
"Iya Ayah pulang, dapat kabar gembira nih! Kalau Dewi akan segera ayah jodohkan dengan duda juragan empang!" ungkap Ayahnya Dewi.
Dewi diam sejenak dan akhirnya berkata lugas pada ayahnya, kalau ia tidak mau dijodohkan dengan duda juragan itu.
Ayahnya pun, bermuka merah dan marah kepada anaknya, "Dewi jika tidak menikah dengan duda juragan empang itu, maka kamu bukan anakku yang tidak patuh pada nasihat orang tua dan anak durhaka!"
Dewi pun memelas dan bersedih, "Ayah ... Dewi tidak bisa menikah dengan duda itu karena belum lulus sekolah SMA dan sebulan lagi mau kelulusan sekolah!"