"Bu, aku berangkat sekolah dulu ya. Udah mau telat, nih," ucapnya sambil mencomot roti selai coklat favorite-nya. Tak lupa juga ia menghabiskan segelas jus buah naga kesukaannya.
Ibunya yang melihat tingkah anaknya hanya mampu menggelengkan kepala. "Makan itu duduk, Lho. Kamu gak bisulan, kan?" tanyanya dengan nada yang sedikit datar.
"Udah mau telat, Bu," jawabnya sambil menunjukkan jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
Namanya Nindya Putri. Cewek berambut pendek dengan poni pendek serta mata sabitnya yang membuat dirinya terlihat lucu. Nindya bisa dibilang cewek tercantik seangkatannya. Tetapi karena ia selalu memakai topi, ia dianggap aneh. Menurutnya, kita bebas untuk melakukan apa saja. Tidak harus mereka tahu alasannya. Memang, pada dasarnya manusia diluar sana saja yang berlebihan menilai Nindya.
Selain itu, Nindya sangat menyukai warna pink. Menurutnya, pink pertanda keceriaan. Walaupun Nindya sendiri tidak yakin akan hal itu tetapi saat ia melihat sesuatu yang berwarna pink matanya akan berbinar dan berbentuk cinta.
Nindya cewek yang penuh semangat. Ia selalu rajin belajar, mengerjakan pekerjaan rumah tepat waktu, dan selalu menyelesaikannya dengan baik. Itu mengapa Nindya selalu menjadi sasaran copy past teman-temannya. Sayangnya, Nindya tidak pernah mau memberinya. Bukan soal pelit atau sombong, tetapi ia mau teman-temannya berjuang sendiri dengan hasil karena kerja keras.
"Gak usah nunjuk-nunjuk jam gitu. Bukannya kamu tiap hari begini ya? Bangun itu minimal setengah jam sebelum waktu bel masuk. Lah, kamu? Malah lima belas menit sebelumnya. Jangan bilang kamu gak mandi lagi ya," cerocos ibunya sambil menunjuk Nindya dengan telunjuk
Ibunya bukan tidak pernah mengajarkan disiplin waktu. Memang Nindya saja yang bersikap semaunya. Sampai-sampai ibunya suka geram sendiri. Terkadang yang sudah menjadi kebiasaan itu memang susah untuk diubah.
"Sudah, Ibu Dian yang terhormat."
Perempuan paruh baya itu bernama Dian. Dian masih terlihat awet muda. Saking mudanya, sampai-sampai kalau jalan bersampingan sama Nindya selalu dikira kakak beradik.
Dian memang terlihat cantik. Ditambah dengan gayanya yang feminim sekali membuatnya terlihat seperti princess. Ia memang sangat memeperhatikan penampilannya dari atas sampai ujung. Bisa dibìlang ibu-ibu yang fashionable.
Jadi, jangan heran kalau Dian selalu protes akan penampilan putrinya. Tetapi, walaupun Dian selalu mengomel, Nindya sangat menyayangi ibunya melebihi apapun. Bagi Nindya, Ibu adalah wonder women yang sesungguhnya.
"Coba sini," panggil Dian sambil menarik pelan rambut Nindya untuk menciumnya karena Dian yakin sekali Nindya tidak mandi.
"Apek banget, Nin. Kamu udah gak keramas rambut berapa kali, sih?" tanya Dian sambil memjauhkan rambut Nidnya dari hidungnya.
Nindya menghela nafas seraya berkata, "iya-iya, deh. Aku emang gak mandi. Tadi telat bangunnya. Lagian mandi itu dua hari sekali lho, Bu.
"Ibu nanya keramas, bukan mandi."
"Loh-loh, tadi katanya mandi." Nindya dibuat heran oleh ibunya yang sedikit plin-plan.