Life for Love

Fatimatuzzahro
Chapter #9

Malapetaka

6:30 AM

Hari ini Nindya bangun lebih awal dari biasanya. Tentu faktor utamanya karena ia akan menyambut kedatangan ayahnya yang sangat ia rindukan.

Ya, kemarin malam sebelum Nindya pergi ke kamar tidur, Dian memberitahu bahwa ayahnya akan pulang. Jujur saja, Nindya sangat bahagia. Kedatangan ayahnya sudah ia kutunggu-tunggu sangat lama. Nindya tidak bisa membohongi perasaanya, ia masih membutuhkan ayahnya.

Setelah merasa rapi dan tidak ada yang tertinggal, ia menuruni tangga dengan cepat. Ia tidak sabar bertemu ayahnya yang sudah berbulan-bulan tidak bertemu. Raut wajahnya pun kentara sekali bahwa ia sangat antusias.

"Ayah mana, Bu?"

Nindya terus celingak-celinguk mencari ayahnya yang sama sekali tidak tampak batang hidungnya.

"Lagi di depan, tuh," jawab Dian memajukan dagunya

"Ngapain?" tanya Nindya kepo

"Gak tahu, sih. Tapi tadi ada yang telfon."

Nindya mengangguk paham. Ia menarik kursi lalu duduk sambil memasang dasinya. Setelah dasi itu terpasang rapi, ia mengambil air untuk membasahi tenggorokan yang sedikit kering.

"Ayah jodohin kamu."

Prang!

Tiga kata itu membuat tangan Nindya reflek menjatuhkan gelas yang dipegang. Kabar itu tentu membuatnya terkejut setengah mati. Ia tidak membayangkan kejadian seperti itu terjadi di kehidupannya. Sesekali Nindya menepuk pipinya pelan, memastikan ia sedang bermimpi atau tidak.

"Terus ibu setuju?" Nindya bertanya dengan tangan gemetar serta dada yang terasa sesak. Semua badannya terasa kaku. Bahkan nafasnya pun terasa berat.

Dian mengangguk mantap.

"Kenapa, Bu?"

Mata Nindya mulai sedikit berkaca-kaca. Ternyata kehadiran ayahnya lagi-lagi memabawa malapetaka baginya. Nindya kira ayahnya akan berubah dan tidak egois lagi

"Aku yakin ibu gak setuju. Tapi karena ibu takut sama ayah, kan?"

Nindya menggeleng kepalanya tidak percaya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana masa depannya bersama orang yang tidak ia cintai. Apa kisah cinta orang tuanya akan Nindya alami juga?

"Ibu gak mau tahu kamu harus bisa terima dengan keputusan kami," pinta Dian mengalihkan pandangan dari Nindya lalu berdiri untuk mencuci tangan sebelum makan.

Lihat selengkapnya