Life for Love

Fatimatuzzahro
Chapter #11

Ketika Hati Ingin Berdamai

Nindya membuka mata yang terasa perih. Perlahan, ia menggerakan tangannya. Nindya melihat sekitar dengan mata menyipit lalu ia berusaha untuk duduk.

UKS? batinnya.

"Jangan banyak gerak dulu."

Nindya menoleh pada sumber suara itu. "Lo ngapain di sini?"

Bian memutar bola matanya lalu ia berdiri untuk mengambil teh hangat yang sudah ia siapkan beberapa menit yang lalu.

"Menurut lo?"

"Siapa yang bawa gue ke sini?" tanya Nindya dengan suara seraknya.

"Dimas."

"Sendiri?"

Bian berpikir sebentar lalu menjawab, "yap."

"Gue tadi pingsan?"

"Hm."

Bian menyodorkan teh itu lalu ia kembali duduk kursi di samping Nindya.

"Sekarang mereka kemana?" tanya Nindya sambil menyeruput tehnya.

"Di kelas."

Seketika mata Nindya membulat. Cepat-cepat ia mengambil topinya dan memakainya.

"PTS Bahasa Indo."

Bian menahan lengan Nindya saat Nindya mau beranjak dari kasurnya. "Bentar lagi bel pulang," ucap Bian sambil menunjuk jam di ponselnya.

"Yah gimana, dong?" tanya Nindya pada Bian dengan wajah melasnya.

Bian menjawab dengan mengangkat bahunya. Memang, Bian sengaja menunggu Nindya dan tidak mengikuti ulangan. Bukan karena Bian mau bolos. Tujuannya hanya ingin menjaga Nindya. Setidaknya kalah Dimas, Laras ataupun Shelly tidak bisa menjaga Nindya, maka mau tidak mau Bian lah yang menjaga Nindya.

"Terus lo?"

Lagi-lagi Bian mengangkat bahunya tidak tahu.

"Karena gue, lo jadi gak ikut ulangan juga." Nindya menundukkan kepalanya. Ia merasa bersalah pada Bian. Kalau saja kondisi Nindya tidak drop tiba-tiba, Nindya tidak akan mau merepotkan sahabatnya. Apalagi ia tidak mau berhutang budi pada Bian.

"Ya udah lo sana cepat ke kelas. Siapa tahu masih ada waktu," suruh Nindya sambil menggerakan tangannya keluar.

"Telat."

Nindya melihat jamnya yang melingkar dipergelangan tangannya. Kemudian ia berkata, "iya, sih."

"Sorry ya, karena gue, lo juga terlibat. Gak ikut ulangan juga maksudnya. Cuma ini salah gue, sih karena kemarin begadang."

Bian tidak yakin akan penjelasan Nindya. Rasanya mustahil seorang Nindya tidur larut malam. Yang ia tahu, Nindya selalu tidur jam sepuluh.

Jangan tanya Bian tahu darimana. Jelas Bian tahu karena Nindya selalu menceramahi Shelly untuk tidak tidur di atas jam sepuluh. Dan Nindya selalu bilang bahwa dirinya akan merasa lebih bisa berkonsentrasi jika tidak tidur larut malam.

"Makan."

Bian menyodorkan makan yang masih terbungkus rapi. Nindya membuka bungkusnya lalu ia melihat isinya. Otomatis Nindya tersenyum saat melihat bubur ayam kesukaannya itu. "Lo tahu aja kalau lagi gak enak badan gini enaknya makan bubur ayam."

Nindya cekikikan sendiri melihat perhatian Bian yang tidak terang-terangan. "Lo diam-diam perhatian juga ya. Demen gue."

Bian tersenyum miring sebagai jawaban. Walaupun hatinya sebenarnya sangat senang. Namun, Bian berusaha untuk tidak salah tingkah apalagi sampai pipinya merah. Tentu hal itu akan membuatnya malu kalau sampai Nindya melihatnya.

Lihat selengkapnya