Life for Love

Fatimatuzzahro
Chapter #12

Hujan dan Pelangi

Hujan turun dengan derasnya mewakili perasaan Nindya yang sangat kacau. Ia melihat tetes demi tetes air hujan itu. Tak terasa air matanya pun jatuh bersamaan dengan air hujan.

Nindya berdiri memandang hujan itu dengan sendu. Matanya terasa sangat perih. Tapi, ia memaksakan diri untuk tetap melihat hujan itu. Ia memang sangat menyukai hujan. Perlahan, hatinya mulai membaik. Hujan memang selalu membawa ketenangan hati. Nindya terus menghirup petrichor dalam-dalam sambil memejamkan matanya. Ia sangat menyukai aroma itu. Aroma yang membuatnya candu.

Setelah merasa puas, Nindya mengambil ponsel lalu ia memotret awan yang terlihat seram tapi ia tetap menyukainya. Nindya membuka Instagram lalu mem-post foto itu dengan caption andalannya.

"Belajarlah dari langit. Walaupun langit menangis tapi tak pernah lelah untuk cerah lagi. Bukankah itu adalah suatu anugerah?"

Nindya membagikan dengan men-tag sahabatnya. Tak perlu menunggu lama sahabatnya menyukai dan berkomentar.

_Sesel: Buat lo mah iya. Buat gue tetap aja serem. Secara gue takut hujan.

Dimsun: @_sesel Lo anaknya emang lebay.

_Sesel: @Dimsun: Cot!

Larasanti: @Dimsun @_sesel daripada penuhin lapak orang silahkan bapak dan ibu bisa japri saja.

Nindya menggeleng melihat kerusuhan sahabatnya. Perlahan bibirnya membentuk senyum. Sahabatnya itu memang selalu membuat mood membaik. "Gak di real life, dunia maya sama-sama absurd."

Nindya terus men-scroll komentar foto hasilnya. Tetapi ada satu komentar yang menarik perhatiannya.

Bian_bi: Akan ada pelangi setelahnya.

Nindya melihat langit yang tak ada tanda-tanda akan ada pelangi. Justru hujan turun semakin deras. Kemudian ia membalas komentar Bian dengan harap karena Nindya sangat menyukai pelangi.

NindyaP: @Bian_bi semoga.

Setelah merasa puas memainkan ponselnya, Nindya menaruh di atas meja. Sembari menunggu hujan reda, Nindya mengambil buku pelajaran untuk belajar. Walaupun hatinya sedang gundah gulana ia harus tetap menyelesaikan kewajibannya. Apalagi mengingat kejadian tadi pagi membuat dirinya kapok.

Nindya membaca buku sambil makan cokelat hitam kesukaannya. Menurut survey yang Nindya baca, cokelat mampu membuat otak cepat fokus dan mudah berkosentrasi. Apalagi dalam keadaan Nindya yang mood-nya memburuk, dengan ngemil coklat akan membuat mood membaik.

Tapi Nindya memang menyukai cokelat dari kecil. Apapun itu mereknya tanpa terkecuali. Ia tidak peduli dengan orang diluar sana yang berkata bahwa cokelat membuat gendut.Toh, Nindya selalu mencintai dirinya dan tak peduli apapun yang akan terjadi nanti.

"Capek."

Hampir satu jam lebih Nindya berkutik dengan buku pelajarannya. Ia membaca dengan cermat lalu membuat beberapa point dari setiap bab-nya. Nindya meregangkan ototnya yang terasa kaku lalu ia menutup bukunya. Mungkin sebagain orang jika patah hati akan sulit untuk belajar. Tapi, tidak bagi Nindya. Nindya justru butuh mengalihkan pikirannya untuk cepat melupakan rasa sakitnya walaupun hanya sementara.

"Eh udah selesai hujannya," ucapnya dengan riang.

"Ada pelangi gak, ya..."

Cepat-cepat ia pergi ke jendela dan membukanya. Betapa terkejutnya saat melihat pelangi muncul dengan begitu cantik. Kemudian Nindya berlari untuk mengambil ponselnya di atas meja lalu memotret pelangi itu dengan semangat.

"Ih, Bian benar. Hoki banget, tuh orang," ucapnya ditengah-tengah memotret pelangi itu.

"Jarang-jarang, kan ada pelangi. Harus gue abadiin ini mah."

Lihat selengkapnya