Life for Love

Fatimatuzzahro
Chapter #20

Kebenaran Mulai Terungkap

Keluar, Nin. Aku udah di luar -Mantan kesayanganmu.

Nindya yang mendapat pesan itu langsung tahu dari siapa. Seketika wajahnya berubah murung. Ia tak habis pikir mengapa Dito dengan pede berkata 'mantan kesayangan'. Tapi, tidak dipungkiri lagi kalau memang Dito pernah menjadi seseorang yang penting di hidupnya.

"Kenapa, Nin?" tanya Laras yang duduk disamping Nindya dengan penasaran.

Nindya mengalihkan pandangan dari ponselnya lalu ia melihat pertandingan bola basket dengan senyum paksa. Kemudian ia menaruh ponselnya di saku seragam.

"Gpp."

Saat ini mereka sedang berada di lapangan. Menyaksikan Bian dan Dimas bertanding bola basket. Jujur saja, Nindya sempat terpesona melihat Bian bermain basket. Seketika Bian terlihat tampan dimatanya.

Cara mainnya serta keringat yang bercucuran membuat Bian terlihat lebih cool. Tanpa sadar Nindya tersenyum melihat Bian yang tak sengaja mengibas poni yang sedikit panjang menutupi mata. Kalau saja Nindya tidak ingat Bian sahabatnya, mungkin saja Nindya akan jatuh cinta. Atau seperti cewek lain yang mengejar-ngejar Bian.

"Shelly mana?" tanya Nindya.

"Pulang duluan. Katanya ada urusan penting."

Nindya mengangguk-angguk paham. Kemudian pandangannya fokus pada Bian lagi. Entahlah, mata Nindya seakan-akan tidak mau lepas dari Bian. Sebenarnya, Bian sadar kalau ia sedang diperhatikan oleh Nindya. Hanya saja mata Bian berusaha untuk tidak menatap Nindya.

"Nin, lo pernah kepikiran gak sih kalau diantara Dimas atau Bian suka sama lo?"

Nindya langsung menoleh kepala mendapat pertanyaan dari Laras yang terdengar tidak masuk akal. Tentu ia terkejut dengan pertanyaan Laras yang memang tidak pernah mereka bahas sebelumnya.

"Gaklah. Dimas, kan udah punya cewek. Kalau Bian ... kayaknya gak mungkin. Sama gue aja kadang ngomongnya tajam banget."

"Iya, sih. Eh tapi kan Dimas perhatian banget ke lo."

"Dia mah ke semua orang emang gitu. Emang jiwa mak-mak banget."

Laras mengangguk-ngangguk setuju. Faktanya, Dimas paling perhatian diantara yang lain. Mereka diperlakukan seakan-akan saudara kandung oleh Dimas. Itu mengapa mereka tetap bertahan bersahabat dengan Dimas walaupun Dimas cerewet.

"Kalau misal Bian suka sama lo?" Lagi-lagi Nindya membulatkan matanya lalu tertawa lepas seakan-akan pertanyaan Laras sangat lucu. Sampai-sampai matanya berbentuk sabit.

"Kan, tadi udah gue jawab. Gue rasa gak bakal."

"Siapa tahu gitu kan."

"Gak mungkin, Ras. Gue bukan tipe Bian pasti."

"Kita ngomong yang asal aja ya. Misal nih, si Bian suka sama lo terus dia nyatain ke lo. Lo mau jawab apa?"

Nindya diam. Kepalanya terasa pusing untuk memikirkan jawabannya. Kemudian ia melihat Bian yang sedang asyik bertanding tanpa melirik Nindya sedikitpun. "Masalahnya gue gak ada ekspektasi Bian suka sama gue. Saking gak mungkinnya."

"Ck. Lo mah. Perasaan orang kan gak ada tahu. Siapa tahu Bian suka sama lo benaran. Tapi dipendam gitu. Setidaknya lo udah nyiapin jawabannya dari sekarang. Biar gak kaget."

Nindya menoyor kepala Laras dengan keras. "Kebiasaan lo emang mau bikin orang berharap. Kalau ternyata gak suka sama gue? Kan berabe."

"Tapi gue yakin Bian suka sama lo."

Nindya menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa lo seyakin itu?"

Lihat selengkapnya