Life in Story

Dian Ayu
Chapter #2

NEW WORLD

Hidup itu seperti apa?

Yang benar-benar hidup kadang merasa kosong dan mati. Sedang yang tak bernyawa berusaha membuktikan keberadaan diri.

Setiap orang hidup berdampingan dengan mimpinya. Berbaur pada hakikat berupa harap dan angan-angan semata. Seringkali mengesampingkan realita, dan membiarkan dirinya hilang. Tapi, tidak benar-benar hilang.

Mereka ada. Berkumpul menjadi satu di sebuah tempat yang hangat. Bersama tanpa sekat, meski tak saling sapa dan menyadari kehadiran satu dengan lainnya.

Kerajaan mimpi. Sebuah tempat dimana kamu bebas menjadi apa saja, berbuat apa saja, tanpa terikat aturan dan ketentuan lain. Sesimpel menjadi anak kecil pemimpi, dimana mereka belum mengenal dunia dan segala kesulitan yang menanti masa dewasanya.

Seperti aku yang dulu. Yang masih samar dan terbuai anggapan sesat bahwa sukses akan datang seirama bertambahnya usia.

Cita-cita dapat digenggam hanya dalam satu kedipan mata.

Nyatanya, semua berbeda.

Bahkan, dalam cerita, sebuah konflik harus ada sebagai bumbu agar menarik minat pembaca. Akhir yang menyakitkan seringkali lebih menggoda ketimbang bahagia yang sudah biasa. Semudah itu setiap orang berpikir bahwa, hidup benar-benar tentang keindahan kosa kata belaka.

"Apa maksudnya? Manusia benar-benar membingungkan."

Aku masih terpejam. Seperti antara sadar dan lelap. Mendengar suara, namun sulit membuka mata. Dia melanjutkan ucapannya, seolah membaca tulisan dengan terbata-bata karena kebingungan dan penasaran.

Kadang, manusia menganggap dirinya paling menderita. Padahal aku tahu, masing-masing memiliki porsi batasan kemampuan mereka. Tuhan itu adil, meski banyak yang selalu meragukan keadilannya.

"Tuhan itu, siapa lagi? Atau, bagaimana bentuknya? Lebih dari manusia, kah?"

Semesta tercipta dengan sendirinya. Membentuk kehidupan dengan keberagaman jenis makhluk yang ada. Saling melengkapi. Saling menyakiti.

"Ternyata, semesta lebih rumit ketimbang mereka. Siapa dia?"

Perasaan tak sekadar tentang jatuh cinta. Bukan pula kisah yang bisa dibuat dengan rencana. Cinta datang begitu saja. Kisahnya mengalir apa adanya. Cinta bermakna memberi, tapi berbeda versi antara berharap menerima, atau tidak sama sekali. Seperti dua kesepakatan, give and take.

"Apa aku juga bisa jatuh cinta?"

Otakku seperti diremas. Setiap perkataannya membawa pikiranku mengelana. Seolah dia masuk dan berusaha menyelam di sana. Menyerap segala pengetahuan yang aku punya.

"Siapa?" tanyaku masih sambil terpejam. Perlu waktu untuk bisa mengeluarkan suara di tengah kesadaran yang masih mengambang.

"Aku sudah mempelajari banyak hal baru darimu. Kecerdasanku meningkat. Mari kita bertemu," ucapnya.

Setelah itu, petikan jari mengakhiri semua. Mengembalikan kesadaranku seperti semula.

Aku terbangun. Dalam posisi duduk sambil menopang diri pada meja di depan Tablet. Lupa karena terlalu lena melanjutkan sebuah cerita, hingga terlelap begitu saja.

"Mimpi apa aku tadi?"

Lihat selengkapnya