Life in Story

Dian Ayu
Chapter #11

PETUNJUK

Hana mengomel sejak pertama kali membuka mata tadi. Dia bahkan membentak Nean dan Adhy yang berada di dekatnya, tapi tetap tidak mau berbicara denganku.

“Cewek itu udah gila deh kayaknya,” ucap Adhy sambil bergidik ngeri. Kupikir, seorang pria beringas seperti dia tak takut pada apapun. Ternyata, melihat kekesalan Hana saja sudah membuatnya mati kutu dan memilih menjauh.

Aku kembali mendekatinya, kali ini gadis itu menangis histeris sampai aku harus melompat untuk menjaga jarak kami agar tetap jauh. Adhy mengarahkan telunjuknya padaku, dengan isyarat menyalahkan.

“El, kau apakan dia?”

“Apa kau buta? Aku bahkan masih menjaga jarak aman dengannya!” umpatku kesal.

Nean tampak mendekat pada hana, memerhatikannya sejenak lalu berkata dengan bodohnya,

“Kau sedang bersedih atau ketakutan?”

Belum sempat Adhy bertepuk tangan atas lelucon itu, aku sudah menendang lututnya terlebih dulu. Kekesalanku pada Nean harus berubah sasaran hanya karena takut Hana menangis lagi. Tapi, dugaanku salah. Gadis itu diam meski masih sesegukan. Melihat ke arah Nean dengan heran, sebelum melempar sepatunya pada pria yang masih kekeh menunggunya memberi jawaban.

“Kalian menyebalkan. Aku harus bagaimana sekarang. Huhu….”

“Jelaskan dulu apa masalahmu, kau ini aneh!” ucap Adhy sambil menggerutu. Aku hampir menendangnya lagi andai dia tidak refleks menangkupkan kedua tangannya ke sana. Apa sih yang dia pikirkan.

“Aku hanya berjaga-jaga, mengingat tendanganmu tadi masih menyisakan sakit yang luar biasa, EL.” Adhy menjelaskannya meski tidak aku pinta. Membuatku merasa bersalah saja.

Perlahan, Hana mulai tenang. Dia duduk sambil menghadap pohon untuk menyembunyikan wajahnya, sebelum berbalik ke arah kami. Tangannya memainkan jari, hanya diam sambil menggigit bibir bawahnya beberapa kali. Tampak ragu untuk mengatakan sesuatu.

“Maafkan aku,” ucap gadis itu setelah beberapa kali menatap kami bergantian lalu menunduk lagi.

“Harusnya kau tidak menolongku, karena mereka mengincarmu.” Hana masih menunduk, tanpa memberitahu siapa yang sebenarnya dia maksud.

“Apa maksudmu?” tanya Adhy sambil menarikku untuk dekat dengan mereka. Aku ragu, karena Hana belum menunjukkan tanda persetujuannya. Kalau dia kumat lagi, kan bahaya.

“El, kau harus menyimpan buku itu. Karena taruhannya nyawamu.”

Tunggu dulu. Apa maksudnya? Kenapa nyawaku dibawa-bawa?

Lihat selengkapnya