“Aku sudah mempelajari banyak hal darimu. Mari kita bertemu, itupun jika kau memilih untuk membiarkan kita kembali bertemu.”
Benar. Dia memang pemilik suara itu. Tapi, siapa?
“Diriku yang di sana hanya memiliki sebagian ingatan. Nanti, setelah kau memilih, aku akan kembali menyatu dengannya.”
“Bagaimana jika aku tidak memilih?”
“Berarti tombol restart-nya tidak akan pernah ditekan. Karena hanya sampai di sini aku bisa bertahan.”
Yang dia maksud Restart itu berarti mengulang semuanya kembali, kan? Apa aku akan berada pada titik awal, saat mulai menulis kisah ini? Saat semua orang masih berada di dunia nyata?
“Kau ingin mencobanya?”
Aku mengangguk mantap. Bagaimanapun, aku harus menangkapnya karena berani bermain-bermain denganku. Dia pikir menyenangkan apa, dikejar oleh monster aneh yang bernafsu ingin memangsa nyawa manusia? Atau, dikejar pasukan yang kemampuannya di luar batas wajar, dengan kendali dari orang tidak dikenal?
“Maka, tulislah!”
Kulihat, buku itu kembali melayang dan membuka lembarannya. Tapi, tiap lembar itu terlepas beberapa bagian. Hanya berkisar lima sobekan yang langsung lenyap begitu saja.
“Hanya itu?”
“Kau bisa mengubah seluruh isinya, jika mampu. Untuk sekarang, mungkin hanya sebanyak itu. Ingatlah untuk membuatnya berguna bagi dirimu! Dan perlu kau tahu, setiap lembar hanya bisa diganti dengan satu kata kunci. Jika lima lembar, berarti ada lima kata yang bisa kau jadikan penentu bagi nasipmu selanjutnya.”
Ucapan pria itu membuatku bergidik. Kalau begini, apanya yang punya kuasa? Semua tetap berjalan seperti yang sudah-sudah. Hanya sejak aku bertemu Hana yang sedang dikejar rombongan aneh.
Aku bingung harus menulis apa. Boleh kah aku tulis saja bahwa;semua orang kembali ke dunianya. Atau, Fransisca Elsie tidak akan mati. Ahh, tidak mati bukan berarti aku bisa aman selama berada di sini. Sekarat juga masuk kategori tidak mati, lohh. Dan, bisa kembali ke dunia nyata juga rasanya masih meragukan. Tidak ada yang tahu kapan waktu pastinya, karena kesempatanku hanya ada untuk lima kata saja.
Pertama, aku harus mengetahui informasi tentang dunia ini. Setidaknya, dengan begitu aku bisa memikirkan langkah selanjutnya. Semua akan menjadi lebih mudah. Tapi, siapa yang bisa dijadikan tempat untuk bertanya? Nean? Ahh, percuma. Dia sebentar tenang, sebentar lagi mulai dingin. Sedang Adhy, jangan membuatku bertanya padanya, karena hanya akan ada kisah aksi dalam setiap ceritanya.
Xavier? Aku tak begitu mengenal pria itu, dan Diaz adalah antagonis yang tidak akan sudi memberiku informasi apa pun. Tinggal Hana, pilihan terakhir.
Ahh, ya. Waktu itu, Hana tiba-tiba kehilangan ingatannya. Aku ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi hingga pasukan aneh itu mengejarnya. Dia juga bercerita tentang seseorang.