Life in Story

Dian Ayu
Chapter #19

ARTIFICIAL INTELLIGENCE

Bukan suaraku. Tapi, suara Hana yang keluar lebih dulu memecah keheningan saat kejadian cepat barusan. Saat tangan Nean terputus lalu muncul lagi dengan sendirinya. Aku masih diam, terlalu syok untuk sekadar menyimpulkan situasi kami saat ini. Benarkah yang aku lihat tadi?

“Haha, mantap. Loe bisa sulap ya? Kapan-kapan ajarin gue dong.” Adhy tertawa dari kejauhan, ekspresinya seperti sedang mengagumi sesuatu. Apa-apaan sih manusia itu!

Ehh, manusia?

Tentu saja Adhy manusia, karena aku benar-benar mengenalinya di dunia nyata. Kupikir Hana juga sama, karena ekspresinya begitu kentara, ditambah dengan Diaz yang terbukti merupakan temannya sejak kecil.

Nean itu, bagaimana cara dia masuk ke dalam pikiranku? Cara bicaranya juga seolah dia bukan manusia saja. Aku tahu, di dunia ini tak ada hal yang mustahil. Seperti saat dia menyambung tangan barunya, mungkin. Yahh, Nean memang bisa memulihkan dirinya sendiri. Tapi, dengan semua keanehan ini, aku jadi merasa harus lebih waspada padanya. Meski dia selalu menolongku.

“Sulap gundulmu!” ucap Hana dengan lirih. Berusaha untuk tetap berdiri. Pikiranku sepertinya mulai pulih saat mendengar ocehan geram yang digumamkan gadis itu.

Aku kembali memusatkan pikiran pada pertarungan mereka. Kali ini, Nean tampak lebih sibuk dengan beberapa kali menggerakkan tangannya di udara. Kadang juga seperti menekan sesuatu, seolah ada layar tak kasat mata di sana.

Adhy menghadapi beberapa musuh yang membuatnya kewalahan. Aku ingin membantu, tapi tubuhku belum sepernuhnya pulih dari syok barusan. Lagi pula, mana mungkin aku meninggalkan Hana sendirian. Biar bagaimana pun, untuk sekarang dia adalah kunci yang harus aku buka demi mendapatkan informasi.

Tiba-tiba, pertarungan berhenti begitu saja. Kulihat Nean masih melakukan hal serupa tadi, sedang Adhy diam sambil bersiaga. Memanfaatkan waktu sejenak untuk beristirahat dan memulihkan tenaganya.

Namun, beberapa detik berlalu hingga Nean sudah berdiri di sampingku. Semua orang aneh yang tadi menyerang kami, tampak linglung sebentar. Lalu pergi begitu saja, entah kemana. Meninggalkan senjata serta apapun yang mereka bawa.

“Cheater, kah?” Wajah Hana terlihat pucat saat aku menoleh padanya.

“Hana, kamu kenapa?”Tubuhnya bahkan hampir tumbang saat memandang Nean.

“ Tenang saja, aku bukan cheater.”

“Kalau begitu, kau ….”

Aku tak tahu apa yang mereka maksud. Jadi, kupaksa Adhy untuk menjelaskannya saat dia sudah berada dekat dengan kami. Yang dibalas dengan gelengan kepala.

Lihat selengkapnya