Life in Story

Dian Ayu
Chapter #25

PENGORBANAN

Sebelah tanganku terikat pada pagar besi dekat dinding. Dari yang terlihat, sepertinya ini adalah bangunan tua berupa gudang dengan ruangan besar tanpa sekat. Tubuhku bersandar dan terasa perih di setiap bagiannya. Aku bahkan tidak sadar bahwa ada beberapa luka, yang jelas-jelas sebelumnya tidak ada.

“Hanya kau yang bisa mengembalikannya semua sebagaimana mestinya. Kau tahu kan, keselamatan banyak orang lebih berharga dibandingkan dia. Yang sejatinya memang sebuah kesalahan.” Xavier duduk di depanku sambil mulai menyapukan sebuah cairan yang membuat luka-luka itu menghilang seketika.

“Kau hanya perlu membunuhnya, maka semua akan selesai. Hah, sepertinya dia dibutakan oleh perasaan semu karena berperan menjadi salah satu karakter dalam cerita itu. Sial!”

Terdengar suara lain, yang terasa sangta dekat meski nyatanya tak ada siapapun. Apa itu mereka? Orang-orang dari dunia nyata? Hei, harusnya aku yang menyumpah, bukan dia. Sialan!

“Aku hanya bisa memberimu satu kesempatan. Jika, tidak, maka maaf, tidak ada cara selain yang diperintahkan oleh mereka. Demi membuatmu hidup, aku sudah beberapa kali menentangnya. Tidak kah kau kasihan padaku?”

Xavier tersenyum sendu. Aku tahu ini bukan keinginannya, dia pasti terpaksa karena terus didesak. Aku harus membantunya, dan membuat pria ini berada di pihak kami. Semuanya pasti akan mudah jika kami bersatu.

Dinding di sebelah kananku seperti meledak. Debu berhamburan hingga aku terbatuk dan terpaksa menutup mata. Beberapa puing-puing kecil juga terlempar mengenaiku. Xavier berdiri, saat kusadari ada sebuah lubang besar di sana. Ada mereka juga. Adhy yang dipapah oleh Hana, serta Nean yang bentuknya sudah sangat berantakan.

“Aku harus mengurus mereka lebih dulu,” ucap Xavier mulai bersiap dengan cambuk dan pisau. Itu adalah pisau Nean yang sebelumnya dia pinjamkan padaku.

“Tunggu, Xavier. Kita bicara dulu, pasti ada jalan tengahnya kok. Nggak perlu saling ngelukain kaya’ gini.”

“Kubilang hanya ada satu kesempatan. Jika kau menolak, maka maaf kalau aku harus benar-benar membunuhmu. Karena bagiku, kepentingan Negara jauh di atas segalanya. Keselamatan banyak orang, adalah hal yang memang harus diprioritaskan!”

Kali ini, dia berbicara tanpa ekspresi. Tatapannya tajam menusukku. Aku beringsut mundur, namun gagal menjauh karena tanganku mmasih terikat pada pagar besi ini.

“Tapi, tenang saja. Aku akan tetap memberimu waktu, sambil menghabisi mereka. Kita lihat, kuat kau bisa menolak saat melihat satu persatu dari mereka lenyap.”

Dia ini Xavier atau bukan? Kenapa tampak berbeda dari yang biasanya?

Dalam satu kedipan mata, pria ini sudah berpindah tempat menuju mereka bertiga. Pertama menendang Adhy dan Hana hingga keduanya terlempar. Lalu saling beradu senjata dengan Nean yanag semakin mundur dan terdesak. Sial, tidak adakah yang bisa kulakukan?

“Benar, begitulah seharusnya dirimu!” Terdengar suara orang-orang itu lagi. Bahkan beberapa ada yang tertawa.

“Untung saja kita masih bisa memanipulasi pikirannya yang ragu-ragu itu, haha…”

“Apa maksud kalian?” Kuharap mereka mendengarku. Aku cemas aka nada hal buruk yang menimpa Xavier pada dirinya yang asli.

Lihat selengkapnya