Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #2

Mirriam Van Der Zulla

Pertama kali kulihat vidio musik Blacklist International adalah ketika aku masuk semester dua kelas tujuh di TJ junior high school. Saat itu, aku melihatnya cuma pada cuplikan iklan di TV. Namun bayang-bayang iklan yang dibintangi BI ternyata terus menempel di otakku. Dari situ aku mulai menonton vidio musiknya, bahkan mencari info tentang mereka, lalu jadilah ngefans. Waktu itu awal mereka debut single pertama mereka -yang berjudul Dancing Butterfly dan jadi hits di Eropa yang lalu memulai girlband wave baru di sini.

Dan dari keempat member BI, aku paling menyukai Miriam, sekedar info Miriam itu punya darah Indonesia loh. Apa karena kami sama-sama berdarah campuran? rasanya cuma kebetulan. Ia berambut hitam dan seringnya dengan potongan bob layered atau blunt bob sebahu. Dengan tinggi 168cm dan ukuran 93-70-90, bentuk tubuh proporsional, Miriam selalu tampil mempesona. Warna kesukaannya adalah merah maroon dan violet, ya violet juga warna kesukaanku! hehe. Wajahnya berbentuk oval dengan wajah yang seimbang antara unsur oriental dan kauskakoid. Berbeda denganku yang lebih cenderung mirip Regi. Dan yang paling kusuka dari profil tentang Miriam adalah ia merupakan member paling ramah diantara member BI lainnya.

Selama berkarir di Velvet aku sedikit banyak meniru sosoknya, kecuali soal gaya rambut, justru sekarang aku baru memotong pendek rambutku.

Kalau dari rank polling fans sih, posisi pertama member BI tercantik dipegang Maria, Maria Wildblood. Kuakui Maria itu angelic looks, persis kayak putri-putri negeri dongeng, kalau telinganya panjang mungkin dia akan disangka elf. Maria juga punya darah noble alias bangsawan, ia berkebangsaan Polandia. Tapi bagiku Miriam lebih cantik, ada aura yang berbeda yang kusuka dari sosoknya. Atau mungkin ya tadi karena kami sama-sama berdarah campuran Indonesia. Bahkan hanya Miriam yang kuhapal detail sampai ke ukuran B-B-Wnya. Salah satu cita-citaku adalah sepanggung dengannya, dan kenapa aku juga ingin berkuliah disini adalah karena Miriam juga tinggal di Netherland. Hanya ya tidak tahu apakah bisa sempat melihatnya tampil tidak, akunya padat kuliah dan masih secara "freelance" bekerja di RAGE sebagai consultant.

"Excuse me, may I sit down here?" ucap sebuah suara wanita dari sampingku.

Tunggu suara ini familiar sekali, sangat kukenal meski bukan dari anggota keluargaku ataupun teman-temanku. Kumenoleh kesamping mencoba melihat siapa wanita yang berada disampingku ini.

"May I? here look so warm." Sekali lagi ia berkata sambil tersenyum.

Bukannya menjawab permintaannya, aku malah membeku. Pandanganku terpaku melihatnya yang sedang kebingungan melihatku yang terdiam menatapnya.

"Are you ok?" ujarnya lagi sambil mengibas-ngibaskan tangannya di hadapanku.

Wanita itu berambut hitam sebahu, wajahnya oval dan jelas ia blasteran Belanda-Asia. Senyumnya terlihat cantik sekali kala ia mengenakan kacamata wide frame. Oh may God, dia ... dia Mirriam? benar kan Mirriam?! Aku tidak mungkin salah.

"Mirriam? Mirriam Van Der Zulla?" Namanya adalah yang pertama keluar dari mulutku.

Ia mengangkat alis dan tersenyum lebar padaku tanpa berkata apa-apa.

Aku mencubit pipiku, takut kalau ini cuma mimpi, namun kenapa terasa sakit? jadi ini kenyataan?

"Yes Mirriam here, and will you let me sit here?" Ia masih menunggu jawabanku.

"In million ways, of course," jawabku masih tidak percaya.

"Thank you, mooi meisje," ia tersenyum lalu duduk disampingku dan meletakan tasnya.

Mirriam mengenakan sweter choker roundhand berwarna brown birch, sebuah syal putih melingkari lehernya hingga ke dada, dan celana jogger hitam yang terlihat sporty. Anting dangle yang selalu menjadi ciri khasnya membuatnya semakin mempesona, Dan satu hal tentangnya, ia wangi sekali.

Aku memandang lagi ke depan dan belum ada dosen yang datang. Lalu aku menatapnya lagi, aku tahu ini memalukan dan mungkin agak mengganggu tapi aku ingin memastikan bahwa ia Mirriam yang asli.

"Are you Mirriam from Blacklist International?" Kuberanikan diri bertanya.

Ia menatapku lalu tersenyum simpul.

"Yep, too expose isn't it? by the way what's your name? I'am... maybe you already know, Mirriam Van Der Zulla." Ia mengulurkan tangannya mengajak berjabat tangan.

Dengan cepet aku menjawab jabat tangannya, OMG! tangannya begitu lembut.

"Daniella Maharani Le Blanc', and I'am your big fan," jawabku latah.

"Wait, 'Maharani'? so you must be Indonesian?" Ia bertanya dengan antusias.

"Yes, well ... half French half Indonesian," jawabku masih memegang tangannya.

"Wait, listen ... Indonesianya dimana?" ucapnya berbahasa Indonesia. OMG! sebuah fakta yang tidak kutahu, Mirriam bisa bicara bahasa Indonesia?!!!

"Mirriam bisa bicara bahasa Indonesia?" tanyaku memastikan.

"Bisa, mungkin ... tidak sebagus kamu, tapi ... bisa." Senyumnya melebar.

"Sumpah, ini bukan mimpikan? kamu beneran Mirriam?" Aku masih berusaha meredakan antusiasku.

"Benar, aku Miriam yang asli, tolong agar tidak menarik perhatian, aku sedikit ingin tidak diganggu ... hehe," jawabnya penuh pesona.

Kulepas tangannya yang bahkan bagiku terasa mungil. Kuku-kukunya dihiasi warna violet yang membuatnya terlihat seksi.

Lihat selengkapnya