Marvellina bolak balik halaman depan lalu beranjak ke gerbang depan. Sesekali ia melihat ke arah luar lewat lubang intip di gerbang.
Lalu dari arah samping, muncullah pak Handoko yang baru selesai buang hajat di kamar kecil pos satpam.
"Nungguin siapa Non?" tanyanya, heran melihat Nyonya mudanya seperti menunggu seseorang.
"Kurir paket pak, tidak ada ya?" tanya Marvellina.
"Enggak tuh Non, masih on de wey mungkin," jawabnya mencoba berbahasa Inggris.
"Eh iya ini tadi Joko titip katanya ada antaran surat buat Non Daniella." Si bapak berkumis bergegas masuk ke posnya dan mengambil surat dari dalam laci meja.
"Buat Uni? dari perusahaan kah? kenapa tidak lewat email saja sih kan harus saya kirim lagi." Marvellina memperhatikan pak Handoko mengambil surat tersebut.
"Bukan kayaknya Non, masak dari perusahaan yang nganter ibu-ibu pake daster." Pak Handoko agak terkekeh.
Marvellina lalu menerima surat tersebut dan melihatnya dengan cermat. Ia membaca sampul surat yang bertuliskan 'From Adrian to Niel'. Gadis berambut lebat agak bergelombang itu mencoba mengingat-ingat nama yang tertulis di situ, lalu dalam beberapa detik ia mengingatnya.
"Oh ... ini tuh Adrian yang itu," ujarnya tidak sengaja mengucapkan isi pikirannya.
"Iya ibu tadi juga bilang dia mamahnya Adrian," jelas pak Handoko.
"Lha terus sekarang kemana orangnya pak?" Marvellina bertanya.
"Wah udah pergi kayaknya Non, kan tadi pas shifnya Joko," jawab pak Handoko.