Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #6

Suck It!

Berkuliah di Mahalini Air School Aviation memang keputusan yang tepat. Selain programnya bagus, biaya kuliahnya juga worth dengan kualitas almamaternya. Di sini juga lulusannya akan bisa mempunyai kesempatan untuk bekerja di maskapai Mahalini Air sendiri. Kampus juara lah pokoknya, makanya aku rela meski harus keluar kota demi berkuliah disini. Oia dan satu lagi yang membuatku merasa berkuliah disini adalah keputusan yang tepat. Karena dia, Angrea Mahalini, anak baru angkatan di bawahku. Sumpah, Angrea adalah cewek paling cantik yang pernah aku lihat. Saat masa orientasi, dia langsung populer di kalangan anak cowok, selain karena Angrea juga adalah member girlband Pink Velvet.

Di girlband itu sendiri ia adalah centre yang menarik perhatian para cowok-cowok. Dan sekarang ternyata ia memilih untuk berkuliah di kampus keluarganya ini. Yang juga berarti aku dan dia satu kampus. Yang juga berarti eum ... mungkin, aku bisa PDKT dengannya.

Dan disanalah ia berjalan bersama Vina dan Dea kedua orang temannya yang mengekor terus.

Ketiganya tampak menuju kantin, ah ini kesempatanku untuk meminta nomornya. Do it now or never.

"Boleh ikut duduk?" ujarku sembari menyimpan Americanoku di meja.

Ketiganya melihatiku, tampak agak bingung dan mungkin bertanya-tanya siapa aku.

"Aku Alan, kakak tingkat kalian, anggota BEM, waktu Ospek aku megang gugus kalian loh," ujarku mencoba membuatnya mengingat-ingat.

"Owh kak Alan? kaget kirain siapa, ya sok aja kak kalo mau duduk." Yang menjawab malah Dea.

Angrea tampak cuek lalu kembali menikmati baksonya. Sumpah aku ingin jadi bakso sekarang juga!

Cara Angrea makan bahkan cantik sekali. Apa ya ... duduknya, tangannya yang memegang sendok, sampai caranya memotong bakso benar-benar indah. Dan yang paling membuatku panas dingin adalah caranya menyeruput lemon tea.

"Woi! kak jangan liatin Angrea terus, jijik tahu." Suara Vina membangunkan lamunanku.

"Eh sembarangan," ucapku agak malu.

Ini dua kutu kupret kenapa sih enggak pergi aja ke laut gitu.

"Btw tumben-tumben ada perlu apa kak duduk semeja sama kita?" si Dea malah memberikan pertanyaan yang kesannya kurang bagus.

"Ya enggak apa-apa, mau minta nomornya Angrea sih," ujarku kepalang tanggung.

Angrea melihat ke arahku, tatapannya tajam namun indah.

Oh tatap aku cantik, tatap aku!

"Mau ada perlu apa?" tanyanya.

Akhirnya ia bicara, demi apapun aku rela membayar demi mendengar suaranya.

"Ya barangkali ada keperluan gitu, keperluan kuliah misalnya," jawabku bingung memang tidak sempat membuat rencana.

"Sama Vina aja kan bisa, dia buka tutor perkuliahan, enggak mahal feenya," Vinanya mengangguk.

"Owh eum ... kayaknya enggak jadi deh." Rusak sudah rencanaku, ini bisa enggak sih dua "sendal bakiak" ini diracun.

"Sabai, maaf udah nunggu lama ya?" seorang pria bertubuh tinggi dan berwajah ramah tiba-tiba datang.

Angrea tampaknya mengenalnya, kakaknya kah? Kalau tidak salah Angrea punya banyak kakak laki-laki.

Ia lalu mendekati Angrea, merangkulnya, lalu mencium pipi dan kepalanya.

What!!!’ Apa-apaan coba, ini cowok main sosor aja. Angreaku dicipok ini cowok. Kalopun kakaknya kayaknya enggak banget lah caranya gitu.

Lihat selengkapnya