Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #11

Night Girls Talks

Aku, Angrea, Vero, Vior, dan Ivory sedang duduk di lantai beralaskan karpet tebal. Menyalakan pemanas ruangan dan menyeduh cokelat panas dengan taburan bubuk kayu manis. Beberapa bantal tentu saja sudah bertebaran untuk kami peluk. Mengobrol santai menikmati malam di apartemen sewaanku.

"Ella, mau tanya, boleh?" tanya Vero sambil menatapku lalu menjilat foam cokelat di atas bibirnya.

"Mau tanya apa?" Aku penasaran, karena Vero tampak amat serius.

"Hmm ... it's nothing personal ya, cuma karena terus menghantui Vero, jadi Vero sekedar mau tahu aja," ujar Vero agak ragu, ia lalu menyeruput lagi cokelat hangatnya.

"Okeeey, just say it Vero!" jawabku agak tersenyum geli.

Kenapa Vero seragu itu untuk bertanya?

"Mau tanya apa sih Ver? penuh basa-basi." Angrea jadi tidak sabar.

Kedua junior kami masih menyimak tanpa bicara sambil menikmati cookies panggang yang kubeli.

"Eum Vero penasaran aja sih, kalo dulu Ella sama Sabugha tuh hubungannya gimana? Mamah Rea tahu tah?" tanya Vero akhirnya menyampaikan pertanyaannya.

"Oooooh Ella kira mau tanya apa, enggak, itu sebelum deket sama Rea. Waktu Ella kelas satu SMP. Mamah kan pindahan waktu kelas dua," ucapku menjelaskan timelinenya.

Vero menyimak dengan khusyuk.

"Ella sama Sabugha tuh tadinya dijodohin Ver, Regi yang punya inisiatif, maksudnya biar RAGE sama SHINE bisa merger. Ortunya Sabugha sih welcome. Cuma Sabughanya," ucapku mulai bercerita.

"Kenapa kak?" Ivory rupanya tertarik, padahal ketemu saja belum.

"Dia tipe pria yang cuek, demi Regi Ella tuh ngecrush duluan padahal. But actually that was fun time sih," jawabku.

"Terus luluh enggak?" tanya Vero.

"Ya donk, Ella gitu ... awalnya cuek abis, Ella ajak ngomong jawabnya kaku. Apa ya, sok sentimentil tuh, jalan bareng ngobrolnya cinta bumi lah, alien lah, tapi emang kami nyambungnya bicara teknologi sih," ku lanjutkan ceritaku.

"Itu tadi madam, luluhnya gimana?" tanya Vero ulang.

"Ya Ella tantang diri sendiri, satu minggu Ella bisa bikin Sabugha luluh. Itu waktu liburan semester sekolah deh. Ella liburan sama dia dan ibunya, bareng dua kakaknya. Hari pertama Ella targetnya bisa pegang tangannya. Seharian Ella deketin, akhirnya besok paginya mau tuh pegangan tangan," ulasku lebih lanjut.

Vero dan Vior mengangguk-angguk.

"Hari kedua, Ella mau udah bikin tulisan di tangannya 'Daniella&Sabugha' gitu, susah banget, dia ogah dicoret-coret badannya. Butuh dua hari ternyata, tapi berhasil. Ella bikin di tangan kanannya, tapi ya besoknya udah ilang lagi sih," ku lanjutkan ceritaku.

"Tapi setelah hari ketiga dia makin biasa gitu sama Ella, ngobrol udah makin lancar dari yang diem aja. Terus target selanjutnya Ella mau gendong ke punggungnya. Dia mau tuh waktu jalan di pantai, kaki Ella kekilir, jadi minta gendong sampe mansionnya." Aku tersenyum mengingat saat-saat itu.

"Oooh ceritanya ngasih pleasure ya ini tuh? emang kerasa sama Sabughanya madam?" ucap Vero agak mengejek.

"Vero tuh ngejek aja!" ucapku menepuk pahanya, Angrea juga mencubit pipi Vero.

Dari wajahnya Ivory sepertinya agak tidak paham bagian ini.

"Lanjut enggak nih?" protesku.

"Lanjut donk madam, maaf Vero diam," jawab Vero sambil membuat gesture seakan menzipper bibirnya.

"Hari selanjutnya Ella mau Sabugha nyium kening Ella dan setelah seharian Ella pepet terus, dia mau tuh, ngerangkul Ella sambil cium kening pas Ella pura-pura ketiduran di meja baca," ujarku dalam ceritaku.

"Mmm cieee kakak ..." Ivory tersipu sendiri, mungkin tengah membayangkannya. Lha kamu paham kah?

"Eum hmm..quite romantic sih" ucapku mungkin tersenyum dan merona juga.

"Hari terakhir apa Ella?" tanya Angrea, owh rupanya ia tertarik.

"I wish we had a kiss," jawabku.

Keempat Velvet menahan nafas.

Lihat selengkapnya