Daniella dan Ivory sedang memesan kopi di kafe. Mereka memesan dua Americano, satu doubleshoot long black, satu flat white, dan satu ginger latte. Daniella juga memesan semangkuk keripik kentang untuk dimakan bersama-sama.
"Wah dapet banyak kak chipsnya," ujar Ivory dengan senang sambil membawa kopinya.
"Iya ya, Ella kira bakal harus pesen dua bowl," jawab Daniella seraya mengangkat satu mangkuk besar keripik kentangnya.
Keduanya lalu berjalan kembali ke training hall untuk memulai latihan hari itu. Kompetisi terus berlangsung dan kali ini persaingannya semakin ketat dengan hanya tersisa delapan peserta.
Keduanya sedang berjalan di lorong ketika seorang anak perempuan berjalan dengan agak cepat sambil menunduk dan hampir menubruk Daniella. Daniella yang sudah merasakan kalau ia akan ditubruk segera mengelak sambil memutar badannya. Malah Ivory yang tersenggol membuatnya hampir menjatuhkan kopinya.
"Hey stupide!!!" ujar Daniella pada gadis itu yang terus menerus menutup wajahnya. Ia malah berlalu begitu saja.
"Untung kopinya enggak apa-apa kak," ujar Ivory meruncingkan bibirnya, menghela nafas.
"Kenapa sih tuh orang?! punya masalah ya," ujar Daniella kesal.
"Kak! baju kakak robek!" Ivory terkejut sambil menatap sebuah sobekan di baju bagian perut Daniella.
"Lho koq ...?" Daniella terkaget membeberkan bajunya.
---
"Siapa yang mau kopi?!!" ujar Daniella setelah membuka pintu.
"Ada potato chipsnya nih," tambah Ivory.
"Wah Vero mauuuu," jawab Vero bersemangat.
Ketiganya tengah mengulang gerakan yang sedang dilatih.
"Lho madam kenapa itu bajunya sobek lebar banget?" tanya Vero.
"Ella kenapa? Ada yang luka?" tanya Angrea penuh rasa khawatir sembari mendekati Daniella dan memeriksa sobekan di bajunya.
"Kak Daniella kenapa Rin?" tambah Vior yang juga sama terkejutnya.
"Hampir tubrukan sama orang gila tahu kak," jawab Ivory.
"Orang gila? masuk sini?" tanya Angrea memasang wajah waspada.
"Enggak mah, maksudnya gila karena rese jalan enggak lihat-lihat," jawab Daniella.
"Terus Ella ada yang luka?" tanya Angrea seraya menyentuh wajah dan beberapa bagian tubuh Daniella untuk memeriksa kalau-kalau ada luka.
"Ini baju sobek aja sih, sobek kenapa ya tapi ... masa ditubruk sobek? enggak ketubruk juga." Daniella merasa aneh.
"Madam inget enggak waktu tangannya disilet?" ucap Vero.
"Ini mirip ya?" jawab Daniella menyadari maksud perkataan Vero.
"Ya ampun kak, padahal menang juga belum tapi udah ada haters," ujar Vior.
"Hater gonna hate, udah lah ... kita tetep maju," ujar Daniella lalu membuka bajunya yang robek.
Ia kini hanya mengenakan atasan bra sport berwarna hitam. Tubuhnya yang atletis terekspose hasil ketekunannya berolahraga dengan disiplin.
"Weeew madam unjuk gigi," ucap Vero.
"Ya donk ... belum se-strong mamah sih tapi boleh kan," jawab Daniella sambil menunjukan bisepnya.
"Okey ayo mulai latihan lagi!" ujar Daniella bersemangat.
"Pink Velvet!"
"Bon Courage!!!!"
---
"Bloody moron!!! Why did you fail?" ujar Dennise pada seorang gadis yang mengenakan hoddie abu-abu.
"Sorry, I don't expect she can dodge ..." jawab si gadis melindungi kepalanya.
"Now she must become more alert," ujar Dennise kesal.
"Now stay away from me or I will kill you," ucap Denisse mendorong si gadis hingga terjatuh dan meninggalkannya.
---
Bitter but gain
"Masih inget kritik-kritik pedes dari Steve kemarin?" tanya Daniella.
Angrea mengangguk sambil menyedot smoothiesnya.
"Tajem banget! cara dia ngasih kritiknya kak, enggak segan-segan ngucapin kritik pedes buat peserta, apalagi ke kita," ujar Vior.