Life Of Maharani (2)

Wachyudi
Chapter #24

You girls matter

Aku tengah membasuh wajahku setelah selama 10 menit menangisi kekalahan kami dalam kompetisi ini. Kupastikan para Velvetku tidak melihatku kala menangis, agar tetap menjadi Daniella yang tegar. Itulah mengapa aku jauh-jauh pergi ke lorong mencari toilet yang tidak banyak orang.

"Haaaah Pétasse!!" umpatku mengingat wajah Crystal yang sumringah setelah memenangkan kompetisi ini.

Ku keringkan wajahku lalu ku rapihkan sedikit riasanku agar tampak natural dan menghilangkan bekas-bekas tangisannya. Akupun bergegas keluar ruangan ini untuk kembali ke ruangan kami. Namun aku terkejut, karena rupanya ada Steve yang sepertinya tengah menungguku di luar pintu toilet.

"Sorry to startle you, coming in peace," ujarnya tersenyum namun dengan raut wajah simpati.

Jelas Steve tidak berniat pakai toilet cewek kan? lalu apa? ah lucunya aku malah teringat adegan saat awal bertemu Ivory.

"Waiting for me?" tanyaku.

Ia mengangguk.

"Wanna give more critic?" tanyaku lagi.

Serius aku akan marah bila saat ini dia menemuiku cuma untuk memberikan kritik.

"No dear, the competition just over ... I understand you must be disappointed or sad, just crying was you?" Ucapnya.

Aku tidak merasa perlu menjawab pertanyaannya dan melihat Steve penuh tanda tanya. Apa sih sebenarnya tujuannya?

"What is your poin?" tanyaku.

"Well, the competition is over indeed, but just wanna tell you that your losing is not 100% because of you, girls," ucapnya masih menyisakan banyak tanda tanya.

"What do you mean, someone cheating? I'am not suprized," ujarku.

"Not in direct, actually, just coming up before the final begin. Someone came to the management and 'bought' them. Set everything, I don't really know in detail but I'am the one who don't agree with this, but who am I? only a paid actor. They change the result taken only from the polling which is raised for the winner you know," ujar Steve menjelaskan semuanya, ia juga memberikan jari kutip ketika mengucapkan 'raised'.

"So, should I thank to you?" ucapku.

Aku sudah mengira bahwa ini semua memang ada unsur permainan. Jelas sekali bahwa Crystal bermain curang. Memang tidak secara langsung dan masih ada kemungkinan kami kalah dari sisi poling yang memang lebih populer mereka di Eropa ini. Namun, meski menang curang itu sah tapi tetap saja hina. Aku tidak akan pernah mengakui kemenangan mereka.

"No girl, like I said the competition is over. Nothing we can do. But, I believe, your friendship with your member isn't over yet. Maybe, right now, they in same feeling with you. I just want to recall you that even from the biggest competition, the cup will never as precious as the friendship that belong to you. Don't blame them, trust me," ujarnya.

Kucerna kata-katanya, ah rupanya Steve khawatir bahwa aku akan menyalahkan para Velvetku atas kekalahanku. Memang wajahku seperti jenis orang yang egois ya? no Steve! never. Tapi benar juga yang dia katakan, anda tuh tsundere ya sebenarnya.

Aku mengangguk saja,

"You right, I think I should see them now," ujarku.

"Well, time is yours," ucapnya.

Akupun melangkahkan kaki namun terhenti sejenak karena ada yang bikin aku penasaran.

"Owh ... by the way, Steve, who is the person who inspired you about music is a universal language?" Tanyaku dengan rasa penasaran.

"Oh about that...huumm promise me this will be our secret?" ucapnya tidak ingin aku mengekspose hal ini.

"You can keep my word," jawabku.

"The Girl who always show sincere, BI, Netherland girl," jawabnya.

Oowww rupanya begitu, for a bit, aku bisa merasakan perasaan khusus pada kalimatnya. Mungkin Steve, meski hanya sedikit, menyukai Mirriam. Oke Steve I know, dia memang pantas dikagumi.

---

"Huuwaaaaaaa ..." Vero nangis sejadi-jadinya.

Vior juga nangis, Ivory udah lagi sesegukan, bahkan mamah Rea yang biasanya tegar juga meneteskan air mata. Sedih banget rasanya harus kalah dan jadi runner up di kompetisi ini. Kayaknya semua perjuangan kami terasa nanggung. Jadi juara kedua itu rasanya lebih enggak enak karena ada perasaan nanggung. Kayak BAB terus pas udah mau keluar eh malah masuk lagi.

Oh enggak! analoginya jangan itu, kayak udah lagi manjat mau nyolong duren tapi pas jari udah nyentuh durennya eh malah diambil sama orang lain. Trust me, Vero paling paham rasa nanggungnya berada di posisi kedua.

"Padahal sedikit lagi, kenapa bisa kalah poling? Huwwaaaa Ivory enggak percaya, mau seppuku jadinya," ucap Ivory.

Vero baru tahu kalo Ivory sesedih itu karena kalah di kompetisi ini. Mamah Rea sendiri dari tadi udah ngelampiasin kesal dengan gebuk meja kayu sampe semua kaki mejanya patah, untung Vero enggak duduk disebelahnya. Vior nangisnya kalem, tapi air matanya paling deres sampai ngebuat celak nya luntur. Kalo hati ini enggak lagi bersedih mungkin Vero ketawa ngeliat wajah Vior sekarang. Tapi saat ini enggak ada yang bakal ngebuat Vero ketawa karena Vero beneran sedih. Bukan cuma karena kalah tapi perasaan ini sama juga diantara kami semua. Kami gagal membawa Daniella mewujudkan mimpinya untuk sepanggung dengan Mirriam, dan BI. Dan ketika lagi nangis gitu tiba-tiba dari belakang Vero denger suara orang nyanyi, suaranya madam.

🎼

I wanna hold 'em like they do in Texas please ...

🎶

Madam nyanyi lagu Poker facenya Lady Gaga versi slownya. Nyanyinya madam terasa ceria yang menghibur.

Suara madam cacthy banget, dia jalan mendekati kami yang nyelinguk ke arahnya. Dia senyum sambil nyanyi terus megang pundak Vero dan Ivory.

Lihat selengkapnya