"Jadi Sabai harus lebih lama lagi disana?" tanya Razi padaku.
"Iya, sampai duet singlenya selesai Uda, gimana? Uda kasih Rea izin enggak?" tanyaku begitu penuh harap darinya.
"Jikalau Razi larang memang Sabai akan pulang?" tanyanya membuatku bingung.
Aku hanya bisa terdiam, tak mampu menjawab, atau tidak mau dia kecewa dengan jawabanku.
"Sabai disana baik-baik saja kan? maaf Razi harus tanya, tapi Sabai jaga kesetiaan pernikahan kita kan?" tanyanya cukup serius.
Hatiku terasa sakit mendengarnya, tapi wajar kalau dia bertanya begitu. Sudah tiga bulan aku tidak bertemu dengannya, dan kini aku meminta tambahan waktu. Wajar bila ia berpikir macam-macam atau curiga, tapi tidak Razi, Rea jaga kehormatan Rea.
"Uda, Uda indak percayo sama Rea? Angrea jaga kesetiaan pada Uda, karena Uda urang sumandonya keluarga Angrea. Sedikitpun Angrea indak pernah berpikir untuk menyakiti Razi," ucapku sungguh-sungguh.
Setetes air mata mengalir dari mata kananku.
Razi tertegun memandangku, aku memang, mungkin ini pertama kalinya ia melihatku menangis. Dan memang hatiku terasa sakit, bukan karena ia keberatan memberiku izin. Namun karena di hatinya ada ragu akan kesetiaanku. Hal yang wajar sebenarnya, hati siapa yang sanggup di awal pernikahan ditinggal istri berbulan-bulan.
"Sabai, jangan menangis, Razi indak marah, Razi percayo sama kau. Angrea tahu kalau Razi ini pria, yang istilahnya cuma tamu dalam keluarga Angrea. Razi akan hormati keinginan Angrea apalagi ini permintaan Nona Maharani. Tapi Razi mohon, setelah ini pulanglah," ucapnya.
"Uda bukan cuma tamu bagi Rea, terima kasih sudah mau mengizinkan Rea," ucapku.
"Iya, jagalah pernikahan kita," balasnya.
Aku mengangguk, menyapu air mataku yang menetes lagi lalu tersenyum menatap wajahnya di layar iphoneku.
"Jangan dimatikan dulu ya, Razi mau liat wajah Sabaiku lebih lama," ucapnya.
Aku tersenyum, kuberikan senyum termanis yang kumiliki. Hatiku dipenuhi rasa syukur memilikinya sebagai priaku.
---
"Juara dua kita dapet duit berapa tuh Madam?" tanya Vero, kepo dipit lah.
"Totalnya €30.000 Ver, plus piala dan piagam penghargaan dari Glam entertainment," jawab madam.
"Gede juga ya kak, nyampe 500 rebu tuh," ujar Vior.
"Sponsornya lumayan ya kak?" tanya Ivory.
"Ya perusahaan kosmetik 'Au Beau' sama majalah 'ELLE' aja udah kelihatan kan kelas sponsornya. Ya tiga bulan lebih kita join acara wajar donk kalo dibayar segitu, meski menurut Ella ya kurang, mereka kan untung gede dari iklan dan lain-lain," jawab Madam sambil ganti baju jadi kaos oblong.
Madam ada kaos oblong juga ternyata. Jawabannya juga masih tetap Madam Daniella kita yang matre.
"Uuuuuu mau digimanain Madam uangnya?" tanya Vero dag dig dug penasaran.
"Tadinya sih mau Ella bagi rata, tapi Ella ada ide kalo kalian setuju," ujar madam.
Wah apa nih? Madam pasti kepikiran muterin uangnya lagi, kayaknya Vero belum bisa pake uangnya tuk shopping-shopping.
"Apa kak?" tanya Ivory.
"Kita bikin label musik aja gimana? rekrut trainee terus orbitin mereka, dari situ kan bisa menghasilkan lebih," ucap madam sudah Vero duga.
"Madam emang otaknya muter uang banget ya," ucap Vero.
"Lha ya harusnya otaknya Vero juga donk Ci, gimana sih," jawab Madam kasih kritik.
"Iya Vero juga mikir untuk muterin lagi uangnya, tadinya mau bikin warung sembako," jawab Vero.
"Hmm ya pilihan sih, jadi gimana?" tanya madam lagi.
Dia emang bukan tipe pemaksa kalo belum ada ikatan komitmen, beda lagi ceritanya kalo udah komitmen, Madam bakal jadi Miranda Priestly.
"Ivory sih tertarik," jawab Ivory.
"Vior ikut aja, toh Vior udah ada butik, tapi kalo label musik emang Vior bisa dapet keuntungan juga sih," jawab Vior.
"Ver gimana? Yaa gini kalo ini jalan, dan kita bisa kerjasama bareng Rainbow Entertainment untuk awal-awal. Nah kalo udah masuk penghasilan sedikit-sedikit Vero bisa buka toko sembako. Nanti Ella kasih Vero objekan nyetok beberapa unit Le Viral.id deh," jawab Madam emang pengertian nyonya kita yang satu ini.